Selasa, 19 Agustus 2025

Virus Corona

Gejala Baru Virus Corona Ditambahkan Komisi Kesehatan China, Kemungkinan Ada Transmisi Baru

Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) menambahkan gejala baru virus corona dalam pedoman yang dirilis Rabu kemarin.

National Microbiology Data Centre via SCMP / SCMP Winson Wong
ILUSTRASI - Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) menambahkan gejala baru virus corona dalam pedoman yang dirilis Rabu (5/2/2020) kemarin. 

TRIBUNNEWS.COM - Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) telah memperluas pedoman diagnostik untuk membantu mengidentifikasi pasien terinfeksi virus corona jenis baru (2019-nCoV).

Dalam perencanaan perawatan terbaru yang dirilis pada Rabu (5/2/2020), NHC memperingatkan saat ini pihaknya tengah menyelidiki apakah infeksi 2019-nCoV bisa melalui transmisi baru, seperti aerosol dan saluran pencernaan.

Penyelidikan tersebut dilakukan setelah ditemukannya jejak virus corona di kotoran pasien.

ILUSTRASI Pekerja membuat masker bedah di Dingzhou, di provinsi Hebei China utara berusaha memenuhi permintaan pasar akibat mewabahnya virus corona
ILUSTRASI Pekerja membuat masker bedah di Dingzhou, di provinsi Hebei China utara berusaha memenuhi permintaan pasar akibat mewabahnya virus corona (Xinhua/SCMP)

Dikutip Tribunnews dari South China Morning Post, NHC menambahkan masalah pernapasan menjadi gejala baru dugaan terinfeksi 2019-nCoV.

Hal itu membuat klasifikasi pasien virus corona semakin meluas, yang awalnya tiga menjadi empat.

Baca: Positif Virus Corona, Pria Ini Terpaksa Tinggalkan Putranya yang Lumpuh Sendirian hingga Meninggal

Baca: 10 Orang Terjangkit Virus Corona usai Hadiri Perjamuan Imlek di Wuhan, 30 Lainnya Diduga Terinfeksi

Tak hanya itu, NHC juga menambahkan kategori untuk kasus 'ringan'.

Para pasien yang masuk dalam kategori 'ringan' dan menunjukkan gejala ringan seperti demam, kelelahan, batuk, atau masalah pernapasan tapi tak ada infeksi paru, tetap harus dikarantina serta diobati untuk mencegah penyebaran penyakit.

"Beberapa pasien menunjukkan gejala ringan, tapi mereka masih (berpotensi) menular."

"Itu sebabnya kami menambahkan kategori 'ringan' dalam pedoman edisi ini," terang Li Xingwang, panel dari pakar komisi.

"Jumlah kasus yang diduga meningkat karena hal 'ringan' ini."

"Tapi, jika kita dapat menemukan kasus-kasus ini dengan gejala tak seperti sebelumnya, itu akan membantu mengendalikam penyebaran virus," tuturnya.

Lebih lanjut, senior kesehatan global di Hubungan Luar Negeri, Yanzhong Huang, menyebutkan memasukkan kategori baru dilakukan untuk mengurangi tekanan rumah sakit dalam menerima pasien.

ILUSTRASI - Sejumlah ahli memberikan penjelasan terkait apakah dikarantinya Wuhan bisa memperlambat wabah Virus Corona.
ILUSTRASI - Sejumlah ahli memberikan penjelasan terkait apakah dikarantinya Wuhan bisa memperlambat wabah Virus Corona. (Xinhua/Chen Jing)

"Saya pikir tujuan utama dari memasukkan kategori baru adalah untuk mengurangi tekanan rumah sakit dalam menerima pasien sementara."

"Juga mempertimbangkan, seseorang tanpa gejala bisa menyebarkan virus."

"Tidak mungkin hal ini akan mengarah pada lonjakan kasus, karena tak akan memengaruhi protokol dalam mengonfirmasi kasus," jelas dia.

Baca: Baru 30 Jam Lahir, Bayi Ini Positif Virus Corona. Munculkan Kekhawatiran Baru

Baca: Sandra Dewi Paksa Raphael Bolos Sekolah Gegara Virus Corona: Dulu Gak Takut, Sekarang Takut Mati!

Selain merilis pedoman baru bermuatan gejala dan kategori baru, NHC juga merekomendasikan pengobatan koktail dari obat antivirus yang dikenal sebagai Kaletra, ribavirin, dan interferon, yang bisa dihirup.

Meski begitu Huang mengatakan tidak ada obat yang terbukti menyembuhkan virus corona.

Antivirus digunakan dalam pengobatan HIV, hepatitis, dan influenza.

Namun, antivirus hanya membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh pasien untuk membunuh virus atau mencegah replikasi virus.

"Untuk kasus-kasus ringan, Anda akanl lebih fokus pada cara-cara untuk meningkatkan sistem kekebalan pasien."

"Sehingga obat-obatan lebih tua seperti interferin dan lain-lain seperti itu, mungkin bisa sangat berguna," kata seorang eksekutif industri farmasi yang tak ingin sebutkan namanya.

Dilansir SCMP, Jumat (7/2/2020), Direktur Perawatan Kritis di Rumah Sakit Ruijin, Chen Dechang, mengungkapkan saat ini belum ada obat yang bisa membunuh virus corona secara langsung.

Ia menyebutkan kesembuhan pasien berdasarkan pada pasien itu sendiri.

Yakni tergantung kekebalan tubuh masing-masing.

"Belum ada obat yang bisa membunuh virus secara langsung."

Baca: Update Virus Corona, Ayah dan Anak di Malaysia Positif Terdampak Corona

Baca: Virus Corona Sebabkan Masker Langka, Kemenkes Pastikan Stok di Natuna Aman

"Itu bergantung pada kekebalan tubuh pasien, apakah mereka bisa melawan balik virus dan membersihkan sel yang terinfeksi."

"Dibutuhkan waktu lama untuk mengembangkan obat dan vaksin baru," ujar dia.

Rumah sakit khusus pasien corona mulai beroperasi Senin (3/2/2020).
Rumah sakit khusus pasien corona mulai beroperasi Senin (3/2/2020). (Global Times)

Perlahan, jumlah kasus virus corona semakin meningkat.

Mengutip worldometers.info, total kasus 2019-nCoV telah mencapai angka 31.481 pada Jumat pukul 13.07 WIB.

Korban tewas berjumlah 638 orang dan 1.563 lainnya dinyatakan sembuh.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan