Rabu, 27 Agustus 2025

Tenang Sebelum Badai? Para Ahli Khawatir atas Apa yang Terjadi Setelah Puncak Covid-19

Covid-19 hantam sistem kesehatan beberapa negara Eropa dan membuat para ahli berebut cari tahu kapan akan mencapai puncaknya. Tenang sebelum badai?

Editor: Daryono
AFP/HECTOR RETAMAL
ILUSTRASI - Para staf di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan, China, Sabtu (25/1/2020), menggunakan pelindung khusus, untuk menghindari serangan virus corona yang mematikan. 

TRIBUNNEWS.COM - Pandemi covid-19 mirip gelombang pasang raksasa.

Covid-19 menghantam sistem kesehatan beberapa negara Eropa dan membuat para ahli berebut untuk mencari tahu kapan akan mencapai puncaknya.

Mereka bertanya-tanya apakah ini adalah kondisi tenang sebelum badai covid-19 muncul?

Mengutip dari News18, gelombang covid-19 tampaknya telah mereda di China selama beberapa hari terakhir.

Baca: Mengenal APD yang Digunakan Dokter dan Perawat untuk Mengurangi Risiko Tertular Pasien Virus Corona

Hingga hari ini, Senin (23/3/2020) belum ada kasus lokal covid-19 di rekam di China.

Tetapi, spesialis kesehatan masyarakat Perancis dan ahli epidemiologi Antonie Flahault dalam jurnal medis Lancet bertanya-tanya, apakah yang lebih buruk belum datang?

Ilustrasi virus corona
Ilustrasi virus corona (KOMPAS.COM)

Baca: Wisma Atlet Jakabaring dan Asrama Haji Palembang Disiapkan Jadi Ruang Isolasi Covid-19

Baca: BREAKING NEWS - Pastikan Persiapan Penanggulangan Covid-19, Maruf Amin: Sudah Cukup Siap

Untuk memahami kompleksitas bagaimana pandemi berkembang, perlu kembali ke periode pasca Perang Dunia I.

Saat itu, tiga gelombang Flu Spanyol menewaskan hampir 50 juta orang, lebih banyak dari perang besar itu sendiri.

Lalu flu itu dilaporkan tiba-tiba menghilang.

Lebih lanjut, pada akhir 1920-an, William Ogilvy Kermack dan Anderson Gray McKendrick mengembangkan model dalam upaya untuk memahami dinamika pandemi.

Ambang Batas Kekebalan

Kermack dan McKendrick menemukan bahwa pandemi tidak berakhir karena kehabisan orang yang rentan tetapi karena jumlah infeksi meningkat, ambang batas yang disebut kekebalan kawanan tercapai.

"Kekebalan kawanan adalah proporsi orang yang diimunisasi terhadap virus (baik melalui infeksi atau vaksinasi bila ada) yang perlu dicapai untuk menghentikan risiko," kata Kepala Institut Kesehatan Global Universitas Jenewa, Flahault.

Proporsi itu tergantung pada kemudahan penularan virus dari orang yang terinfeksi ke orang sehat.

Semakin menular penyakit, semakin tinggi jumlah orang yang diimuniasasi.

Staf medis menunjukkan paket Nivaquine, tablet yang mengandung klorokuin dan Plaqueril, tablet yang mengandung hydroxychloroquine di IHU Mediterranee Infection Institute Marseille pada 26 Februari 2020. Obat-obatan itu telah menunjukkan tanda-tanda efektifitas melawan virus corona.
Staf medis menunjukkan paket Nivaquine, tablet yang mengandung klorokuin dan Plaqueril, tablet yang mengandung hydroxychloroquine di IHU Mediterranee Infection Institute Marseille pada 26 Februari 2020. Obat-obatan itu telah menunjukkan tanda-tanda efektifitas melawan virus corona. (GERARD JULIEN / AFP)
Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan