Tenang Sebelum Badai? Para Ahli Khawatir atas Apa yang Terjadi Setelah Puncak Covid-19
Covid-19 hantam sistem kesehatan beberapa negara Eropa dan membuat para ahli berebut cari tahu kapan akan mencapai puncaknya. Tenang sebelum badai?
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Daryono
"Untuk covid-19, harus ada 50 dan 66 persen orang yang terinfeksi dan kemudian dibuat kebal untuk menghilangkan pandemi," katanya.
Lebih lanjut, ia menambahkan, tingkat penularan itu sendiri terbuka dan bervariasi.
Sesuai dengan jenis tindakan pencegahan yang diambil, seperti karantina, dan kondisi cuaca.
Ia menambahkan, apabila orang terinfeksi rata-rata kurang dari satu orang, maka itu akhir dari pandemi.
Baca: Sempat Ditutup Akibat Wabah Corona, Sekolah di Jepang Segera Dibuka Lagi
Baca: Virus Corona Merebak di Filipina, Manny Pacquiao Merasa Bertanggung Jawab Bantu Negaranya
Kebangkitan
Tapi, belum tentu itu akhir pandemi, mungkin hanya masa tenang.
Ia menambahkan, masa tenang terlihat di China dan Korea Selatan.
"Ketika bersantai, pandemi dimulai lagi sampai mencapai kekebalan ad-hoc herd," katanya.
"Kadang-kadang selama beberapa bulan atau tahun," ungkapnya.
Lebih lanjut, Kepala Layanan Penyakit Menular Rumah Sakit Pitie Slapetriere di Paris, Profesor Francois Bricaire memperingatkan kemungkinan kebangkitan.

Kemunculan kembali covid-19 adalah suatu kemungkinan terkait akhir kebangkitan musiman," ungkapnya kepada AFP.
Secara terpisah, Sharon Lewin, Ahli Penyakit Menular Australia juga bertanya-tanya tentang kemungkinan kebangkitan.
"Apakah itu akan kembali? Kita tidak tahu," kata Sharon.
"Namun, SARS juga merupakan coronavirus, hilang sepenuhnya mengikuti langkah-langkah social distance, setelah membunuh 774 orang pada tahun 2002 dan 2003.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)