Rabu, 27 Agustus 2025

Tenang Sebelum Badai? Para Ahli Khawatir atas Apa yang Terjadi Setelah Puncak Covid-19

Covid-19 hantam sistem kesehatan beberapa negara Eropa dan membuat para ahli berebut cari tahu kapan akan mencapai puncaknya. Tenang sebelum badai?

Editor: Daryono
AFP/HECTOR RETAMAL
ILUSTRASI - Para staf di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan, China, Sabtu (25/1/2020), menggunakan pelindung khusus, untuk menghindari serangan virus corona yang mematikan. 

"Untuk covid-19, harus ada 50 dan 66 persen orang yang terinfeksi dan kemudian dibuat kebal untuk menghilangkan pandemi," katanya.

Lebih lanjut, ia menambahkan, tingkat penularan itu sendiri terbuka dan bervariasi.

Sesuai dengan jenis tindakan pencegahan yang diambil, seperti karantina, dan kondisi cuaca.

Ia menambahkan, apabila orang terinfeksi rata-rata kurang dari satu orang, maka itu akhir dari pandemi.

Baca: Sempat Ditutup Akibat Wabah Corona, Sekolah di Jepang Segera Dibuka Lagi

Baca: Virus Corona Merebak di Filipina, Manny Pacquiao Merasa Bertanggung Jawab Bantu Negaranya

Kebangkitan

Tapi, belum tentu itu akhir pandemi, mungkin hanya masa tenang.

Ia menambahkan, masa tenang terlihat di China dan Korea Selatan.

"Ketika bersantai, pandemi dimulai lagi sampai mencapai kekebalan ad-hoc herd," katanya.

"Kadang-kadang selama beberapa bulan atau tahun," ungkapnya.

Lebih lanjut, Kepala Layanan Penyakit Menular Rumah Sakit Pitie Slapetriere di Paris, Profesor Francois Bricaire memperingatkan kemungkinan kebangkitan.

Ilustrasi petugas medis membentangkan bendera China - Untuk Pertama Kalinya, Tidak Ada Kasus Virus Corona Baru yang Dilaporkan di Wuhan
Ilustrasi petugas medis membentangkan bendera China - Untuk Pertama Kalinya, Tidak Ada Kasus Virus Corona Baru yang Dilaporkan di Wuhan (The Star)

Kemunculan kembali covid-19 adalah suatu kemungkinan terkait akhir kebangkitan musiman," ungkapnya kepada AFP.

Secara terpisah, Sharon Lewin, Ahli Penyakit Menular Australia juga bertanya-tanya tentang kemungkinan kebangkitan.

"Apakah itu akan kembali? Kita tidak tahu," kata Sharon.

"Namun, SARS juga merupakan coronavirus, hilang sepenuhnya mengikuti langkah-langkah social distance, setelah membunuh 774 orang pada tahun 2002 dan 2003.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan