Senin, 1 September 2025

Kim Jong Un Sakit

Kim Jong Un Dikabarkan Meninggal, Warga Korea Utara Mulai Panik, Takut Ada Kudeta Kekuasaan

Seperti diberitakan sebelumnya, diktator berusia 36 tahun itu sudah menghilang dari pandangan publik sejak beberapa pekan terakhir.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Hasanudin Aco
Sputnik News
Pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut), Kim Jong Un. 

TRIBUNNEWS.COM, PYONGYANG - Rumor meninggalnya pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un membuat para warga Pyongyang Ibu Kota Korea Utara panik.

Mereka akhirnya melakukan panic buying.

Seperti diberitakan sebelumnya, diktator berusia 36 tahun itu sudah menghilang dari pandangan publik sejak beberapa pekan terakhir.

Tiba-tiba muncul kabar dari media Korea Utara di Seoul, bahwa Kim Jong Un dalam kondisi kritis hingga mati otak karena operasi jantung yang gagal.

Perkembangan terakhir adalah dokter yang memasang ring pada jantung Kim gemetar ketakutan sehingga mengakibatkan kegagalan.

 

Jadi Kim dikatakan dalam kondisi vegetatif, namun seorang sumber terpercaya mengklaim bahwa diktator itu meninggal dunia.

Banyaknya spekulasi ini alhasil memicu pertanyaan tentang keadaan sebenarnya dan ketakutan akan adanya perebutan kekuasaan di Pyongyang.

Sebagaimana dilaporkan The Sun dari New York Post, rak-rak di toko di Ibukota Pyongyang sudah kosong. 

Korea Summit Press Pool) Kim Yo Jong menjadi satu-satunya wanita dalam pertemuan antara sang kakak, Pemimpin Korea Utara kim Jong Un dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae In.
Korea Summit Press Pool) Kim Yo Jong menjadi satu-satunya wanita dalam pertemuan antara sang kakak, Pemimpin Korea Utara kim Jong Un dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae In. (AP)

Barang-barang penting seperti deterjen, makanan, alat elektronik, serta alkohol sudah ludes terjual.

Produk-produk impor adalah barang yang pertama kali diserbu pembeli.

Tetapi beberapa hasil produksi dalam negeri seperti rokok dan ikan kaleng juga habis.

Ada sejumlah helikopter yang terbang rendah di langit Pyongyang.

Kemudian ditemukan kerusakan pada layanan kereta api ke China, satu-satunya tetangga Korea Utara.

Baca: Kim Jong Un Diduga Alami Kondisi Vegetatif atau Kelainan Kesadaran

Para ahli memperingatkan bahwa kekosongan kekuasaan ini akan mengakibatkan kerusuhan atau bahkan perang saudara.

Itu mungkin terjadi diantara pusat kekuatan dari oposisi di dalam rezim negara itu dan militer.

Sebelumnya, pertanyaan besar muncul ketika Kim tidak terlihat pada acara The Day of The Sun.

Sebuah perayaan penting untuk mengenang pendiri Korea Utara sekaligus kakeknya, Kim Il Sung pada 15 April lalu.

Dia terakhir terlihat pada rapat politbiro bersama pejabat pemerintahan.

Sebuah kabar dari Korea Selatan mengatakan Kim memang memiliki riwayat sakit terkait diet karena dia obesitas.

Kim dikabarkan menjalani operasi jantung pada 12 April lalu kritis.

Tidak Ada Suksesor yang Jelas

Seorang pejabat Korea Selatan mengatakan intelijen mereka tidak menerima konfirmasi bahwa Kim Jong Un sakit atau seperti berita yang beredar saat ini.

Bahkan yang terbaru, dia mengatakan Kim hidup dan dalam keadaan sehat.

Kekhawatiran adanya kerusuhan dan sengketa kekuasaan karena Kim tidak memiliki suksesor yang jelas.

Akhir-akhir ini adik perempuannya, Kim Yo Jong digadang-gadang sebagai calon kuat pengganti Kim Jong Un.

Kendati demikian pasti ada pejabar pemerintahan lain yang bisa mencoba merebut kekuasaan mutlak itu.

Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un.Korea Selatan dan China membantah isu Kim Jong Un yang dikabarkan tengah sakit parah setelah menjalani operasi jantung.
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un.Korea Selatan dan China membantah isu Kim Jong Un yang dikabarkan tengah sakit parah setelah menjalani operasi jantung. (AFP)

Muncul juga kekhawatiran tentang virus corona di dalam negara tertutup itu, sebab hingga hari ini belum ada laporan infeksi Covid-19.

Padahal negara itu bersahabat dekat dengan China sehingga banyak ahli yang menyangsikannya.

Namun sebenarnya, Korea Utara sudah lama mengalami masalah malnutrisi dan pasokan makanan.

Antara 1994 dan 1998, hingga 3,5 juta orang diperkirakan tewas dalam kelaparan yang sekarang dikenal sebagai Arduous March.

Sebuah laporan PBB tahun lalu memperkirakan bahwa 43 persen dari 25 juta penduduk di negara itu kekurangan gizi.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan