Sabtu, 23 Agustus 2025

Virus Corona

Semua Pasien yang Dirawat di RS Kota Wuhan China Sembuh, WHO: Tak Ada Jaminan Kebal Virus

Banyak warga khawatir tentang munculnya wabah gelombang kedua dan bisnis berjuang untuk bangkit kembali.

Penulis: Febby Mahendra
Editor: Dewi Agustina
Sky News
Kota Wuhan merayakan dibukanya kembali kota itu setelah penguncian akibat wabah corona selama dua bulan dengan pesta spektakuler. 

Ini merupakan peringatan terhadap pemerintah yang sedang mempertimbangkan mengeluarkan apa yang disebut "paspor imunitas" kepada orang-orang yang pernah terinfeksi Covid-19.

Muncul asumsi mereka aman untuk melanjutkan kehidupan normal.

"Pada titik pandemi ini, tidak ada cukup bukti tentang efektivitas kekebalan yang dimediasi antibodi untuk menjamin akurasi 'paspor imunitas' atau 'sertifikat bebas risiko,'" kata WHO.

Maria Van Kerkhove dari WHO sebelumnya mengatakan tidak diketahui apakah orang yang telah terpapar virus menjadi benar-benar kebal.

Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung dan masker tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan, untuk naik salah satu kereta api pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei tengah China awal 8 April 2020. Pihak berwenang Cina mencabut larangan lebih dari dua bulan pada perjalanan keluar dari kota di mana pandemi global pertama kali muncul.
Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung dan masker tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan, untuk naik salah satu kereta api pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei tengah China awal 8 April 2020. Pihak berwenang Cina mencabut larangan lebih dari dua bulan pada perjalanan keluar dari kota di mana pandemi global pertama kali muncul. (Hector RETAMAL / AFP)

Laporan singkat WHO yang baru menggarisbawahi sikap itu, dan cocok dengan pernyataan ilmiah lainnya tentang gagasan mengembangkan kekebalan.

Selama briefing Jumat, Masyarakat Penyakit Menular Amerika memperingatkan tidak cukup diketahui tentang tes antibodi untuk mendapatkan kekebalan.

Mary Hayden, juru bicara IDSA dan Kepala Divisi Penyakit Menular di Rush University Medical Center, mengatakan, "Kami tidak tahu apakah pasien yang memiliki antibodi ini masih berisiko terinfeksi ulang Covid-19. Saat ini, saya pikir kita harus berasumsi mereka bisa berisiko terinfeksi ulang."

Baca: 9 Negara Bantu Indonesia 77,49 Juta Dolar AS, Dukungan Terbesar dari Uni Eropa, Jepang dan Amerika

Ia merekomendasikan orang-orang yang mempunyai antibodi untuk tidak mengubah konsep jaga jarak fisik.

"Kami pikir ini adalah hal yang sangat penting untuk ditekankan karena kami khawatir antibodi akan menimbulkan salah tafsir. Orang-orang tidak perlu terkena risiko yang tidak perlu," kata Hayden. (cnn/feb)

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan