Virus Corona
Tak Mematuhi Peraturan Pemerintah Jepang Selama Pandemi Corona, Pemilik Usaha Mendapat Tekanan Warga
Live house mengeluh karena ada yang mengaku warga sekitar menempelkan pengumuman ancaman akan melaporkan ke polisi kalau masih terus beroperasi.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sejumlah toko yang membuka usahanya pada malam hari mendapat banyak tekanan dari masyarakat sekitarnya, termasuk mengancam akan melaporkan ke polisi.
Pantauan Tribunnews, sebuah live house di Tokyo mengeluh karena ada yang mengaku warga sekitarnya menempelkan pengumuman ancaman akan melaporkan ke polisi kalau masih terus beroperasi juga.
"Kita hanya melatunkan musik saja lalu menyiarkan lewat internet ke pelanggan kami. Ada orang yang rasanya tak bisa hidup tanpa musik. Kalau musik kami dimatikan, takutnya nanti orang lupa kepada kami. Jadi sama sekali tak ada pelanggan kalau malam di sini," kata Murata, pemilik live house tersebut.
Namun meskipun demikian, pintu masuk live house (klub malam) tersebut ditempel pengumuman dari yang mengaku warga sekitar.
"Demi keamanan, sampai berakhirnya deklarasi darurat, tolong merumahkan diri. Lain kali kalau ketahuan akan kami panggilkan polisi. Tertanda Warga Sekitar," demikian tulis pengumuman itu.

Tekanan masyarakat sekitar juga terhadap sebuah restoran di Oomori Tokyo yang buka sejak jam 3 sore hingga jam 8 malam.
Di pintu masuk restoran pemiliknya menuliskan pengumuman, "Di situasi seperti ini apakah kita masih bisa makan?"
Lalu pengumuman pemerintah (kliping koran) juga ditempelkan di bawahnya. Bagian ini di coret dengan tanadang silang oleh warga sekitar.
Lalu bagian tulisan "Di situasi seperti ini apakah kita masih bisa makan?" dicoret dengan kata "Baka" yang artinya 'goblok'.
Baca: Keberadaan Kim Jong Un Masih Jadi Misteri, Pembelot Korut: Yang Tahu Kondisinya Hanya Istri dan Adik
"Kita tak bisa makan kalau restoran ini tutup. Pemda Tokyo kan memberikan waktu buka jam 5 pagi hingga jam 8 malam. Kita ya dalam kurun waktu itu operasi dari jam 3 sore sampai jam 8 malam. Sudah pelanggan jauh berkurang, bagaimana kita bisa hidup kalau disuruh tutup restoran ini," ungkap Tsuchiya, sang pemilik restoran yang menyayangkan corat-coret di pintu masuk restorannya itu.
Di daerah Nakano Tokyo dekat Shinjuku juga ada restoran Perancis di lantai dua gedung pertokoan.
Kini di jendelanya tertulis "Tolong kami yang ada di tengah Nakano."
"Uang sewa ruangan kami saja 650.000 yen sebulan, bagaimana kami bisa hidup kalau tak ada tamu saat ini?" kata Omura, sang pemiliknya.

Kini restoran yang ada di lantai 2 itu pun menjual bento, bisa dibawa pulang oleh masyarakat sekitar yang melewati gedung tersebut.