China Balas Tuduhan AS Tentang Asal Virus Corona, Jubir Kemlu China Sebut Politisi AS Berbohong
China membalas tuduhan-tuduhan Presiden AS, Donald Trump tentang virus corona yang berasal dari labolatoriun di Wuhan, Provinsi Hubei, China.
"China masih menolak untuk berbagi informasi yang kita butuhkan untuk menjaga orang-orang aman," kata Pompeo pada Rabu (6/5/2020).

Namun sementara ini, Pompeo mengaku setuju dengan laporan badan intelijen negara.
Laporan tersebut menyatakan bahwa tidak ada indikasi virus corona adalah buatan manusia atau dimodifikasi secara genetik.
Dimana pembuktian itu adalah hal yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa benar virus berasal dari labolatorium Wuhan.
Pekan lalu, Trump mengatakan kepada awak pers telah melihat bukti yang meyakinkan bahwa klaimnya benar.
Selama perang kata antara AS dan China, kedua negara ini saling tuduh berusaha mengalihkan perhatian publik dari usaha penanganan Covid-19 pihaknya sendiri.
"Kami mendesak AS untuk berhenti mengalihkan fokus ke China," kata Hua saat konferensi pers.
"Ini harus menangani urusan dalam negerinya dengan benar terlebih dahulu. Yang paling penting sekarang adalah mengendalikan penyebaran pandemi domestik AS dan memikirkan cara-cara untuk menyelamatkan nyawa," tambahnya.
Namun di atas itu semua, AS dan Australia beberapa kali menyerukan agar China diinvestigasi awal mula wabah Covid-19 bisa berubah menjadi pandemi global.
WHO juga mengatakan sedang menunggu undangan dari Beijing untuk berpartisipasi dalam penyelidikannya tentang asal-usul virus dari hewan.
Namun Duta Besar Beijing untuk PBB di Jenewa, Chen Xu mengatakan, China tidak akan mengundang para ahli internasional untuk menyelidiki sumber pandemi sampai menemukan kebenaran dari virus tersebut.
Chen Xu, juga mengatakan China harus melawan politisasi virus corona AS yang absurd dan konyol.
Baca: Viral Jenazah WNI ABK Kapal China Dilempar ke Laut, Begini Aturannya Menurut ILO
Baca: Melihat Sejarah Masjid Huaisheng di China yang Dibangun Ribuan Tahun Lalu
Hingga Kamis ini, Amerika Serikat masih terpantau menjadi negara dengan jumlah kasus infeksi dan kematian terbanyak di dunia.
Dari total 3,8 juta kasus dunia, 1.263.224 ada di Amerika Serikat.
Sementara itu, angka kematiannya mencapai 74.809 berbanding jauh dengan posisi kedua, Inggris di angka 30.076.
Meskipun masih mengantongi banyak infeksi dan jumlah kematian, setidaknya 23 negara bagian AS sudah mulai mengangkat lockdown.
Sedangkan lebih dari setengahnya dari total 50 negara bagian sedang dalam tahap perencanaan pembukaan dan masih dalam kondisi lockdown.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)