CDC Peringatkan Dokter Tentang Penyakit Radang Misterius pada Anak-anak Terkait dengan Covid-19
CDC mengeluarkan pernyataan tentang "sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak" (MIS-C) yang terkait dengan Covid-19.
Penulis:
Bunga Pradipta Pertiwi
Editor:
Muhammad Renald Shiftanto
Dokter di beberapa daerah yang paling parah terkena virus corona telah melaporkan kasus sindrom inflamasi misterius ini pada anak-anak.
Dokter di Inggris mengungkap kasus ini pertama kali dilaporkan pada bulan April.
Mereka melihat kondisi serius pada anak-anak yang membutuhkan perawatan intensif.
“Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa sindrom peradangan terkait (Covid-19) muncul pada anak-anak di Inggris."
"Mungkin ada patogen infeksius lain yang belum teridentifikasi terkait dengan kasus-kasus ini," ungkap dokter tersebut.

Baca: Di Jepang Belum Ada Kasus Terkonfirmasi Hubungan Antara Penyakit Kawasaki dengan Covid-19
Baca: Karyawan Kantor Pos di Kawasaki Jepang Terinfeksi Corona, 230.000 Kiriman Pos Terbengkalai
Setidaknya ada seorang bocah lelaki berusia 14 tahun di Inggris meninggal karena penyakit ini.
Sementara itu tiga anak di New York juga meninggal karena penyakit yang sama.
Dari kasus tersebut, pada awal Mei para peneliti mengumumkan bahwa mereka sedang menguji antibodi anak-anak.
"Pakar medis di Inggris juga meneliti penyakit itu," kata pemerintah Inggris dikutip dari laman yang sama.
Beberapa negara, termasuk Prancis dan Spanyol, telah melaporkan kasus-kasus serupa.
Dokter di Italia mengumumkan bahwa mereka menemukan bukti yang menghubungkan penyakit langka itu dengan Covid-19 setelah menemukan antibodi virus corona pada sebagian besar anak yang terinfeksi.
Para dokter memberi nama penyakit ini Sindrom Multisistem Inflamasi Anak-anak.
Untuk sementara para dokter mengaitkannya dengan SARS-CoV-2, atau PIMS-TS.
CDC juga mengatakan bahwa belum jelas apakah penyakit ini juga dapat menyerang orang dewasa pada Kamis (14/5/2020).
Penyakit itu menimbulkan risiko baru bagi anak-anak.
Tampaknya penyakit tidak berasal dari infeksi virus corona, tetapi diyakini Covid-19 membantu penyebarannya.
(Tribunnews.com/Bunga)