Senin, 8 September 2025

Virus Corona

Perancis Keberatan Amerika Diprioritaskan Mendapat Vaksin Covid-19

Perancis tidak terima atas sikap memprioritaskan Amerika Serikat (AS) dalam memperoleh vaksin virus corona (Covid-19).

NICOLAS ASFOURI / AFP
Dalam gambar yang diambil pada 29 April 2020, seorang ilmuwan menunjukkan vaksin eksperimental untuk virus corona COVID-19 yang diuji di Laboratorium Kontrol Kualitas di fasilitas Biotek Sinovac di Beijing. Sinovac Biotech, yang melakukan salah satu dari empat uji klinis yang telah disetujui di China, telah mengklaim kemajuan besar dalam penelitiannya dan hasil yang menjanjikan di antara monyet. 

Perancis Keberatan Amerika Dapat Prioritas Peroleh Vaksin Covid-19

TRIBUNNEWS.COM, PARIS -  Perancis tidak terima atas sikap memprioritaskan Amerika Serikat (AS) dalam memperoleh vaksin virus corona (Covid-19).

Hal itu merupakan respons, setelah perusahaan farmasi di Prancis, Sanofi, mengatakan, vaksin Covid-19 yang mereka temukan akan dikirimkan terlebih dahulu ke AS.

Perdana Menteri Perancis Edouard Philippe menegaskan keberatan, karena seluruh negara memiliki akses yang sama, tanpa adanya prioritas tertentu untuk setiap vaksin virus corona yang dikembangkan oleh raksasa farmasi Sanofi.

Para ilmuwan tengah berlomba-lomba untuk menemukan obatCdan vaksin untuk penyakit yang telah menewaskan hampir 300.000 orang di seluruh dunia, termasuk lebih dari 84.000 di AS.

"Sebuah vaksin Covid-19 harus dipertuntukkan untuk publik di dunia," kata Edouard Philippe pada Kamis (15/5/2020).

"Semua negara harus punya akses yang sama dan itu tidak untuk dinegosiasikan," tegasnya.

Dia berbicara setelah CEO Sanofi Paul Hudson mengatakan kepada Bloomberg News pada Rabu (13/5/2020), "Pemerintah AS memiliki hak pertama untuk melakukan pemesanan terbesar."

Karena AS telah membantu mendanai penelitian vaksin tersebut.

Pernyataan Hudson langsung berbuah kemarahan dari Pemerintah Perancis.

Perancis mengecam keras kebijakan Sanofi yang memprioritaskan vaksin virus Corona untuk AS.

"Bagi kami, itu tidak dapat diterima, jika mereka memberikan akses istimewa ke negara ini dan itu hanya karena alasan keuangan," ujar Wakil Menteri Keuangan Prancis, Agnes Pannier-Runacher, Kamis (15/5/2020).

Sanofi bekerjasama dengan perusahaan farmasi Inggris, GlaxoSmithKline dalam pengembangan vaksin Covid-19.

Kemitaraan antara Sanofi dan GlaxoSmithKline didanai oleh Biomedical Advanced Research and Development Authority, bagian dari Kementerian Kesehatan AS.

Lebih dari 90 vaksin saat ini sedang dikembangkan secara global. Delapan diantaranya tengah memasuki tahap uji klinis.

Tetapi para ahli mengatakan proses bisa memakan waktu bertahun-tahun dan mungkin tidak dapat ditemukan sama sekali.

Presiden AS Donald Trump pada Kamis (15/5/2020) yakin akan ada vaksin Covid-19 pada akhir tahun.

"Saya pikir kita akan memiliki vaksin pada akhir tahun dan saya juga telah memikirkan distribusinya karena kami telah mengarahkan militer," katanya kepada wartawan di Gedung Putih.

WHO: Mungkin Covid-19 Tak Akan Pernah Hilang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan kemungkinan virus Corona (Covid-19) tidak akan tidak pernah punah atau hilang dan penduduk dunia harus belajar untuk berdamai dengannya.

"Virus ini kemungkinan hanya menjadi endemi dalam masyarakat kita, dan virus ini kemungkinan tidak akan pernah hilang," ujar Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan, dalam jumpa pers virtual di Jenewa, Swiss, Rabu (13/5/2020) waktu setempat.

"Layaknya HIV belum juga hilang--tapi kita telah menerima dan berdamai dengan virus itu," ucap Ryan.

Virus ini pertama kali muncul di Wuhan, China akhir tahun lalu dan hingga kini telah menjangkiti lebih dari 4.200.000 orang dan memakan korban jiwa hampir 300.000 orang di seluruh dunia.

"Kita memiliki virus baru memasuki populasi manusia untuk pertama kalinya dan oleh karena itu, sangat sulit untuk memprediksi kapan kita akan menaklukannya," kata Ryan.

Sebagaimana diketahui sejumlah negara mulai secara bertahap melonggarkan pembatasan lockdown yang diterapkan guna membatasi penyebaran Covid-19.

Namun WHO memperingatkan, virus Corona mungkin tidak akan pernah hilang seluruhnya.

WHO menegaskan, tidak ada cara untuk menjamin melonggarkan pembatasan tidak akan memicu gelombang kedua infeksi virus corona.

"Banyak negara yang ingin keluar dengan berbagai langkah," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

"Tapi rekomendasi kami masih sama yakni kewaspadaan di negara manapun harus berada pada tingkat tertinggi," tegasnya.

Ryan menambahkan, masih ada "jalan yang panjang, bagi dunia akan kembali normal.

Dia menegaskan, menemukan adalah satu-satunya cara untuk menaklukkan virus ini.

Karena itu menurut dia, ini adalah kesempatan besar bagi masyarakat dunia untuk mengambil langkah maju dengan mencari vaksin dan membuatnya dapat diakses secara luas.

"Ini kesempatan besar bagi dunia," kata Ryan. (Channel News Asia/Reuters/Aljazeera/FOX News/BBC) 

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan