Kamis, 21 Agustus 2025

Virus Corona

2.000 Warga Ekuador Berdemo di Jalanan, Tak Setuju Kebijakan Pemerintah saat Pandemi Corona

Ribuan orang turun ke jalan-jalan di Ekuador untuk memprotes kebijakan ekonomi pemerintah di tengah wabah Covid-19 ini.

Penulis: Ika Nur Cahyani
AFP News Agency
2000 Warga Ekuador Berdemo di Jalanan Tak Mengindahkan Jarak Sosial 

Dimana pemerintah lokal kewalahan dengan lonjakan kasus infeksi hingga menyebabkan banyak kematian.

Bahkan saking banyaknya korban jiwa yang berjatuhan, ratusan mayat itu tidak dikuburkan.

"Jika virus corona tidak membunuh kita, pemerintah akan melakukannya," kata pemimpin serikat pekerja di kota itu.

Sementara itu Walikota Quito, Jorge Yundo Machado menghimbau warganya untuk berpikir dengan akal sehat.

"Mari kita mencari berbagai cara untuk memprotes, tetapi tidak secara langsung," katanya via Twitter.

Dia juga menambahkan bahwa dengan berdemo akan menambah resiko tinggi penularan.

Orang-orang menunggu di samping peti mati dan kotak kardus untuk menguburkan keluarga mereka di luar pemakaman di Guayaquyil, Ekuador, pada 6 April 2020. Melonjaknya jumlah COVID-19 kematian di kota kedua Ekuador Guayaquil telah menyebabkan kekurangan peti mati, memaksa penduduk setempat untuk resor menggunakan kotak kardus, kata pemerintah kota Minggu.
Orang-orang menunggu di samping peti mati dan kotak kardus untuk menguburkan keluarga mereka di luar pemakaman di Guayaquyil, Ekuador, pada 6 April 2020. Melonjaknya jumlah COVID-19 kematian di kota kedua Ekuador Guayaquil telah menyebabkan kekurangan peti mati, memaksa penduduk setempat untuk resor menggunakan kotak kardus, kata pemerintah kota Minggu. (Jose Sanchez / AFP)

Baca: VIDEO Warga Guayaquil Ekuador Berjuang Bantu Kuburkan Jenazah Corona

Baca: Aksi Petugas Pemadam Kebakaran di Ekuador Mainkan Terompet Hibur Warga Saat Covid-19

Sementara Ekuador masih mengalami krisis darurat kesehatan.

Menteri Dalam Negeri, María Paula Romo mengatakan kepada awak pers bahwa sekitar 4.000 orang dari seluruh negeri ikut berdemo.

Bahkan ada satu polisi yang terluka akibat insiden itu.

Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan Amerika Selatan sebagai pusat penyakit baru.

Brasil, yang telah mencatat lebih dari 23.000 kematian, memiliki jumlah infeksi tertinggi kedua di dunia.

Sedangkan negara tetangganya Ekuador yakni Peru memiliki lebih dari 120.000 kasus infeksi.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan