Virus Corona
Kisah Warga Ekuador Kesulitan Temukan Jasad Ayahnya karena Banyaknya Korban Jiwa Corona
Seorang wanita asal Ekuador, Dolores Centeno telah berbulan-bulan menjelajahi kamar mayat dan kuburan di Kota Guayaquil demi mencari jasad ayahnya.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Seorang wanita asal Ekuador, Dolores Centeno telah berbulan-bulan menjelajahi kamar mayat dan kuburan di Kota Guayaquil demi mencari jasad ayahnya.
Setelah pencarian panjang, Centeno masih belum juga menemukan mayat ayahnya itu.
Kini dalam keputusasaannya, wanita ini berharap bisa menemukan sedikit bekas luka sebagai ciri dari tubuh ayahnya, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Tapi ini bukan hal yang mudah lantaran dia harus meneliti satu persatu dari puluhan mayat yang sudah membusuk di dalam sebuah kontainer khusus.
Sejatinya Centeno hanya satu diantara banyaknya keluarga di Ekuador yang kesusahan mencari jasad orang yang dicintai.
Baca: Komunitas Adat Ekuador Larikan Diri ke Hutan Hujan Amazon, Khawatir akan Punah karena Virus Corona
Baca: VIDEO Warga Guayaquil Ekuador Berjuang Bantu Kuburkan Jenazah Corona

Ini dikarenakan wabah Covid-19 menyerang Ekuador dengan parah hingga mayat berjatuhan tidak terurus.
Centeno berdoa agar tubuh ayahnya yang berusia 63 tahun termasuk di antara lebih dari 130 mayat yang ditangani pemerintah.
Dimana pihak berwenang mengaku mengumpulkan mayat-mayat Covid-19 itu di dalam sebuah kontainer sambil menunggu konfirmasi.
Pada Maret hingga April lalu Kota Guayaquil mengalami kondisi wabah yang mencekam saking banyaknya korban jiwa berjatuhan di sana.
Rumah sakit kewalahan dengan tumpukan jasad korban Covid-19.
Bahkan banyak diantaranya harus menyimpan jasad keluarganya hingga berhari-hari di rumah maupun di pinggir jalan.
Pemerintah akhirnya membentuk gugus tugas untuk mengumpulkan mayat dan mengerahkan kontainer untuk menyimpan tubuh-tubuh itu.
Tetapi muncul masalah lain, yakni mayat-mayat itu tidak mudah teridentifikasi.
Sehingga para keluarga yang mencari jasad anggotanya harus berkeliling ke rumah sakit, kamar mayat, hingga kontainer milik pemerintah di seluruh kota.

Para ahli sejauh ini mengidentifikasi 64 mayat melalui pengenalan sidik jari.