Virus Corona
Kisah Warga Ekuador Kesulitan Temukan Jasad Ayahnya karena Banyaknya Korban Jiwa Corona
Seorang wanita asal Ekuador, Dolores Centeno telah berbulan-bulan menjelajahi kamar mayat dan kuburan di Kota Guayaquil demi mencari jasad ayahnya.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Daryono
Kepala Laboratorium Ilmu Kriminalitas Ilmu Forensik Ekuador, Mario Corrales mengatakan pihaknya juga menggunakan pengujian genetik untuk lebih menghemat waktu identifikasi.
Ayah Centeno meninggal pada akhir Maret, beberapa jam setelah dirawat di salah satu rumah sakit umum kota dengan masalah pernapasan.
Tidak ada jejak kertas untuk mengidentifikasi apa yang terjadi padanya setelah ia masuk ke bangsal rumah sakit.
Pakar forensik bertanya kepada Centeno apakah ayahnya memiliki bekas luka untuk mengidentifikasinya.
"Dia memiliki dua, yang terbesar dari operasi jantung terbuka dan yang lainnya dari operasi hernia," kata Centeno.
Menteri Dalam Negeri, Maria Paula Romo mengatakan bahwa pemerintah sedang bekerja dengan tim dokter forensik dan ilmuwan untuk mengidentifikasi mayat-mayat itu.
"Dan untuk dapat memberikan jawaban kepada setiap keluarga terakhir yang mengalami situasi yang tidak menguntungkan ini," jelas Maria.
"Setiap hari ada kemajuan dalam masalah ini, sedikit demi sedikit," katanya.

Baca: 2.000 Warga Ekuador Berdemo di Jalanan, Tak Setuju Kebijakan Pemerintah saat Pandemi Corona
Baca: Fakta Unik Ekuador, Satu-satunya Negara di Dunia yang Dinamai Berdasarkan Fitur Geografisnya
Ekuador telah secara resmi melaporkan lebih dari 37.000 kasus virus korona dan lebih dari 3.000 kematian.
Tetapi pemerintah mengakui kedua angka itu kemungkinan terlalu rendah karena kurangnya pengujian.
Kepala gugus tugas yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan korban jiwa Covid-19, Jorge Wated mengatakan ada lebih dari 8.200 kematian dimana melebihi angka sesungguhnya di Provinsi Guaya pada April lalu.
Namun ditanya tentang pernyataannya di Twitter pada 2 Mei ini, Wated tidak mau berkomentar banyak.
Sementara itu, Presiden Ekuador Lenin Moreno membubarkan satuan tugas pada awal Mei ketika angka kematian stabil.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)