Cerita Pengungsi Rohingya Terkatung-katung di Laut, Jenazah Dibuang ke Laut di Malam Hari
Para penyelundup manusia yang membawa mereka, menjanjikan membawa ke Malaysia.
Editor:
Hasanudin Aco
Awak kapal membawa ke geladak kapal, dan perempuan itu meninggal di sana.
“Aku masih terhantui kematiannya. Ia meninggal di depan mata saya,” kata Khadiza.
Perempuan itu punya empat anak. Menurut Khadiza, yang tertua berumur 16 tahun.
“Anakku memberitahu kepada anak si perempuan bahwa ibunya meninggal”.
Anak yatim piatu
Khadiza sendiri punya empat orang anak.
"Tiga anak lainnya tidak tahu nasib ibu mereka." Kata Khadiza. "Mereka menangis. Sedih sekali rasanya."
"Jenazah si ibu segera dibuang ke laut."
Khadiza menjadi gelandangan dan tak bernegara (stateless) tahun 2017 sesudah suami dan salah satu anaknya dibunuh tentara dalam operasi di negara bagian Rakhine Myanmar.
Desanya dibakar, dan ia mengungsi ke Bangladesh, tinggal sementara di kamp pengungsi Cox Bazar bersama anak-anaknya.
Sesudah menikahkan putri tertuanya, ia ingin sekali menyediakan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anaknya yang masih bersamanya.
“Hidup kami berat. Saya tidak lihat ada masa depan untuk kami di kamp pengungsi”.
Ia mendengar kisah pengungsi Rohingya menyebrang laut ke Malaysia untuk mencari kehidupan lebih baik. Ia tertarik.
Menjual perhiasan