Virus Corona
Toko Ritel di Brasil Mulai Dibuka Kembali setelah 2 Bulan Ditutup karena Virus Corona
Toko-toko ritel di Sao Paulo kembali dibuka, Rabu (10/6/2020) setelah dua bulan ditutup karena pandemi menyebar di kota terbesar Brasil.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Toko-toko ritel di Sao Paulo kembali dibuka, Rabu (10/6/2020) setelah dua bulan ditutup karena pandemi menyebar di kota terbesar Brasil.
Moda transportasi seperti bus dan kereta bawah tanah penuh sejak sejak awal hari, dan banyak orang mengabaikan aturan jarak sosial.
Dikutip Tribunnews dari VOA News, Wali Kota Sao Paulo Bruno Covas dikabarkan mengizinkan dimulainya kembali perdagangan antara pukul 11.00 dan pukul 15.00 waktu setempat.
Dengan catatan, toko-toko mewajibkan pelanggan menggunakan masker dan membatasi jumlah orang yang masuk ke dalam toko.
Sementara itu, pertokoan di mal akan tetap ditutup hingga Kamis (11/6/2020).
Baca: Berhenti Update Kematian, Brasil Kembali Terbitkan Data Covid-19 setelah Disentil Pengadilan
Baca: Brasil Alami Lonjakan Kematian Covid-19 saat Pertokoan Dibuka dan Jalanan Kembali Ramai

Sebagaimana diketahui, Brasil merupakan negara di Amerika Latin yang paling terpukul oleh pandemi virus corona.
Brasil telah mencatat lebih dari 37.000 kematian sejauh ini.
Di negara bagian, Sao Paulo sendiri, kasus kematian mendekati 10.000 jiwa.
Sekira setengahnya dilaporkan di kota metropolis dengan 12 juta penduduk.
Pada Rabu, Sao Paulo melaporkan rekor peningkatan harian korban jiwa dalam 24 jam.
Kota Sao Paulo sendiri telah melihat sedikit penurunan dala tingkat hunian tempat tidur di unit perawatan intensif, menjadi sekira 70 persen.
Tetapi banyak spesialis kesehatan menyarankan agar kota tersebut tidak dibuka kembali.
Mereka menegaskan penularan virus corona masih terus meningkat di kota itu, meski pun pada tingkat yang lebih lambat.
Baca: Jair Bolsonaro Kumandangkan Klorokuin saat Krisis Covid-19 di Brasil Makin Meningkat
Jair Bolsonaro Mendapat Kritikan
Negara Amerika Latin ini telah mencatat lebih dari 700.000 infeksi, tetapi karena pengujian tidak memadai, jumlahnya diyakini jauh lebih tinggi.