Sabtu, 13 September 2025

Virus Corona

Dampak Corona, Bos-bos Garmen di China Nekat Jadi PKL agar Bisa Jual Pakaian Mereka

Pandemi virus Corona yang membuat krisis ekonomi menyebabkan bos-bos pabrik di China bantir stir menjadi Pedagang Kaki Lima (PKL) demi menjual produk

Penulis: Daryono
medscape.com
Simak update corona 13 April 2020 di dunia, Inggris telah melampaui China. Sementara jumlah pasien sembuh di Jerman mencapai 60 ribu. 

TRIBUNNEWS.COM - Pandemi virus Corona yang membuat krisis ekonomi menyebabkan bos-bos pabrik di China bantir stir menjadi Pedagang Kaki Lima (PKL) demi menjual produknya.

Huan Weijie, seorang pemilik pabrik garmen di provinsi Guangdong, kota pusat produksi dan ekspor China, menjual baju-baju produksi pabriknya dengan menggunakan mobil dan menjualnya langsung di jalanan.

Tidak hanya Huan, pabrik-pabrik kecil lainnya di China melakukan hal serupa.

Keberadaan PKL di China sendiri sebenarnya mirip dengan apa yang ada di Indonesia.

Mereka sering diusir oleh petugas Chengguan, semacam Satpol PP di Indonesia, karena dianggap menyebabkan kekacauan dalam penataan kota.

Namun, bulan lalu, pemerintah sepertinya akan merubah kebijakan yang tidak pro PKL tersebut karena adanya pandemi.

Baca: 305 Pedagang Pasar Positif Corona, IKAPPI Soroti Pasifnya Edukasi Pemprov DKI

Perdana Menteri Li Keqiang, pemimpin paling senior kedua di China, memuji kota Chengdu di provinsi Sichuan karena menciptakan 100.000 pekerjaan dengan mengizinkan 36.000 kios jalanan di kota tersebut. 

Bagi Huan, apa yang disampaikan PM Li Kegiang adalah angin segar baginya. 

Ia terpaksa menjadi PKL dan menjual produknya langsung karena pandemi menyebabkan terhentinya ekspor dan pesanan dalam negeri. 

Jika tak menjadi PKL, ia tak bisa bertahan hidup. 

“Saya berpikir untuk menutup pabrik (untuk selamanya), tetapi dukungan Li Keqiang untuk ekonomi pedagang kaki lima mengilhami saya untuk mencoba cara baru ini," ujar dia sebagaimana dikutip dari South China Morning Post, Selasa (21/7/2020). 

Dengan mengendarai mobil Toyota putih dengan terpal di bagasi, Huang memenuhi mobilnya dengan baju-baju yang ia jual. 

Huang telah menjalankan pabriknya selama lebih dari satu dekade. 

Pabriknya pun pernah mencapai masa kejayaan, tetapi semua itu kini hilang karena adanya pandemi yang membuat ia tak bisa menjual stok baju yang sudah terlanjur diproduksi. 

"Saya memiliki puluhan ribu gaun, yang semuanya telah disimpan sejak akhir tahun lalu," kata Huang.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan