Virus Corona
Cerita Lockdown di Xinjiang: Warga Dikurung, Dipaksa Minum Obat Tradisional China, dan Didesinfeksi
Warga Xinjiang dikabarkan mengalami perlakuan tidak menyenangkan akibat lockdown untuk menanggulangi Covid-19 di China.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Garudea Prabawati
Lockdown di Xinjiang diperbaharui setelah total kasus Covid-19 di sana mencapai 826, terhitung sejak Juli.
Meskipun jumlah kasus di Xinjiang menjadi beban kasus terbesar di China, langkah ketat dan keras sudah berlaku sejak nol infeksi di sana.
China tepatnya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei merupakan pusat penyebaran Covid-19 pertama kali.
Akibatnya kota itu dikunci hingga berbulan-bulan lamanya.
Meskipun Wuhan bergulat dengan lebih dari 50.000 kasus, jauh lebih banyak dari Xinjiang, penduduk tidak dipaksa sebagaimana dilakukan di Xinjiang.
Walaupun lockdown di Wuhan terbilang ketat, tapi warga diizinkan keluar dan tidak dipaksa minum obat tradisional.

Baca: Rahasia Donald Trump Diungkap Mantan Pejabat, Xi Jinping, Uighur hingga Digosipin Staf Gedung Putih
Baca: Video Warga Uighur Diikat dan Dipaksa Naik Kereta, Dubes Tiongkok: Itu Bukan di Xinjiang
Bahkan reaksi pemerintah pada 300 kasus di Beijing pada Juni lalu lebih santai lagi.
Otoritas hanya menutup beberapa lokasi yang dinilai berbahaya dalam beberapa minggu.
Sebaliknya, sekitar setengah dari 25 juta warga Xinjiang di pelosok menjalani lockdown padahal lokasinya jauh dari pusat wabah di Ibukota Urumqi, sebagaimana diberitakan media pemerintah.
Lockdown di Xinjiang diawasi aparat yang nampaknya telah mengubah wilayah tersebut menjadi negara polisi.
Selama tiga tahun terakhir, otoritas menyapu satu juta atau lebih orang Uighur, Kazakh, dan etnis minoritas lainnya ke dalam berbagai bentuk penahanan.
Mereka dimasukkan ke dalam kamp dan dilatih dengan kekerasan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)