Senin, 25 Agustus 2025

Lima Alasan Normalisasi Hubungan Israel-UEA & Bahrain, Tetap Lanjut Walau Dinilai Khianati Palestina

Pada Selasa ini, delegasi Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) akan menandatangani perjanjian perdamaian.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Via Sky News
Benjamin Netanyahu dari Israel dan Salman bin Hamad Al Khalifa dari Bahrain: Bahrain akan Normalisasi Hubungan Diplomatik dengang Israel 

Bahkan kedua negara ini berharap bisa berdagang secara terbuka karena Israel memiliki sektor teknologi tercanggih di dunia.

Sebelum Covid-19 menyerang, orang Israel rajin berlibur ke gurun, pantai, dan mal di negara-negara Teluk, sehingga ini menjadi bisnis yang baik diantara mereka.

2. Israel Mengurangi Isolasi Wilayah

Normalisasi Israel dengan UEA dan Bahrain menjadi pencapaian baru bagi Israel.

Ini karena PM Israel, Benjamin Netanyahu dulu memiliki strategi 'Tembok Besi' penghalang antara negara Yahudi dengan Arab pada 1920an.

Netanyahu berencana memajukan kekuatan Israel hingga negara Arab mengakui keberadaan negaranya.

trump dan netanyahu nih2
trump dan netanyahu nih2 (NHK/AP)

Orang Israel sebenarnya tidak suka berada di Timur Tengah dan perdamaiannya dengan Mesir dan Yordania tidak pernah hangat.

Israel mungkin berharap lebih bisa damai dengan negara Teluk yang lebih jauh dari wilayahnya.

Selain itu, damai dengan UEA dan Bahrain sama halnya dengan memperkuat aliansi melawan Iran, musuh nomor 1 Israel.

3. Misi Kudeta Kebijakan Luar Negeri Donald Trump Berhasil

Kesepakatan ini dinilai sebagai pencapaian untuk Presiden AS, Donald Trump.

Dengan adanya normalisasi hubungan, AS semakin menekan Iran sekaligus jadi amunisi untuk pemilu tahun ini.

Apa pun yang dilakukannya untuk menguntungkan Israel, atau khususnya pemerintah Benjamin Netanyahu, disetujui para pemilihnya dari American Christian Evangelical, bagian penting dari basis pemilihannya.

Rencana "Deal of the Century (Kesepakatan Abad Ini)" dari Trump untuk membuat perdamaian antara Israel dan Palestina bukanlah permulaan.

Tapi "Abraham Accords", sebutan perjanjian Israel-UEA, adalah perubahan signifikan dalam keseimbangan kekuatan di Timur Tengah dan disajikan oleh Gedung Putih sebagai kudeta kebijakan luar negeri yang besar.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan