Kamis, 28 Agustus 2025

Virus Corona

Pria di AS Terinfeksi Covid 2 Kali, Dokter Laporkan Diagnosis Kedua Jauh Lebih Berbahaya

Seorang pria dari Nevada, Amerika Serikat tertular Covid-19 untuk kedua kali. Dokter mengatakan, infeksi kedua jauh lebih berbahaya dari yang pertama.

Freepik
Ilustrasi Virus Corona - Seorang pria dari Nevada, Amerika Serikat tertular Covid-19 untuk kedua kali. Dokter mengatakan, infeksi kedua jauh lebih berbahaya dari yang pertama. 

"Penemuan kami menandakan, infeksi sebelumnya belum tentu melindungi (korban) dari infeksi di masa depan," kata Dr Mark Pandori, dari University of Nevada.

"Kemungkinan infeksi ulang dapat memiliki implikasi signifikan bagi pemahaman kita tentang kekebalan Covid-19," tambahnya.

Dia mengatakan, orang yang telah pulih harus terus mengikuti pedoman seputar jaga jarak, masker, dan cuci tangan.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Planet Bumi Kedua, Diklaim Lebih Baik dan Bisa Dihuni Manusia

Baca juga: Ilmuwan China Berencana Hidupkan Orang Mati Memanfaatkan Teknologi

Para ilmuwan mencari tahu tentang kekebalan terhadap virus corona

Lebih lanjut, para ilmuwan terus bergulat dengan masalah pelik tentang virus corona dan kekebalan.

Apakah setiap orang menjadi kebal?

Bahkan orang dengan gejala yang sangat ringan?

Berapa lama perlindungan bertahan?

BBC menyebut, pertanyaan tersebut merupakan kunci penting untuk memahami bagaimana virus akan mempengaruhi kehidupan dalam jangka panjang dan mungkin berimplikasi pada vaksin serta gagasan seperti kekebalan kawanan.

Sejauh ini, infeksi ulang tampaknya jarang terjadi, hanya ada beberapa contoh dari lebih dari 38 juta kasus yang dikonfirmasi.

Baca juga: Penanganan Covid-19 di Indonesia Tunjukan Hasil Signifikan, Berikut Datanya

Baca juga: Kapan Cristiano Sembuh dari Virus Corona?

Gelombang kedua Covid-19 diasumsikan para ahli akan lebih ringan. Sebab tubuh akan belajar melawan virus untuk pertama kalinya.

Namun, untuk kasus pria itu, masih belum jelas mengapa dia sakit parah untuk kedua kalinya.

Satu gagasan adalah dia mungkin telah terpapar pada dosis awal virus yang lebih besar.

Mungkin juga tanggapan kekebalan awal memperburuk infeksi kedua.

Prof Paul Hunter, dari Universitas East Anglia mengatakan penelitian itu "sangat memprihatinkan" karena celah kecil antara kedua infeksi tersebut, dan tingkat keparahan infeksi kedua.

"Masih terlalu dini untuk mengatakan dengan pasti apa implikasi dari temuan ini untuk program imunisasi apa pun," ungkapnya.

"Tetapi temuan ini memperkuat poin, kami masih belum cukup tahu tentang tanggapan kekebalan terhadap infeksi ini," katanya.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

 
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan