Pemilihan Presiden Amerika Serikat
Media dari Berbagai Negara Soroti Pilpres AS: Khawatir, Menakutkan Sekaligus Menghibur
Calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden sejauh ini unggul di Georgia, untuk pertama kalinya.
Editor:
Hasanudin Aco
Di Perancis, nada komentar para pejabat sangat berbeda. Mereka menganggap pemilihan ini tidak terlalu penting.
"Mari kita jujur saja, Amerika Serikat bukanlah mitra yang bersahabat dengan negara-negara Eropa selama beberapa tahun ini," kata Menteri Keuangan, Bruno Le Maire kepada Radio Classique.
"Baik Joe Biden maupun Donald Trump, siapapun yang dipilih rakyat Amerika malam ini atau besok, tidak ada yang mengubah fakta strategis ini."
Baca juga: Pilpres Amerika Serikat, Jalan Joe Biden Menuju Gedung Putih, Georgia Masih Menghitung Suara
Ia menambahkan, "Benua Amerika telah memisahkan diri dari benua Eropa."
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris Raya Dominic Raab lebih hati-hati.
"Mari tunggu dan lihat apa hasilnya," kata Raab.
"Jelas ada cukup banyak ketidakpastian. (Persaingannya) jauh lebih ketat dari yang menurut saya diperkirakan banyak orang."
Namun saran itu tampaknya diabaikan oleh Perdana Menteri Slovenia Janez Jansa, yang mengatakan bahwa hasilnya "sudah cukup jelas".
Twitter menandai kiriman Jansa yang berisi ucapan selamat kepada Trump dan menuduh "media arus utama" telah "menyangkal fakta".
Tweet-nya ditandai dengan peringatan, "Sumber resmi mungkin belum menyatakan hasil pemilihan pada waktu tweet ini dikirim."
Jansa telah secara konsisten memberikan dukungan kepada sang presiden AS dan kebijakan-kebijakannya sejak ia menjadi PM Slovenia awal tahun ini.
Slovenia adalah asal istri Donald Trump, Melania.
Seiring hasil penghitungan suara terus diumumkan, saluran televisi internasional Iran Press TV, yang didanai negara, membuat liputan khusus pemilu Amerika.
"Ancaman perang sipil" menjadi topik yang sering diangkat, dengan seorang presenter berkata bahwa, bagi yang mengamati dari luar, pemilu Amerika "tampak sangat menakutkan".