Pemilihan Presiden Amerika Serikat
Media dari Berbagai Negara Soroti Pilpres AS: Khawatir, Menakutkan Sekaligus Menghibur
Calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden sejauh ini unggul di Georgia, untuk pertama kalinya.
Editor:
Hasanudin Aco
Di Rusia, saluran televisi berita negara, Rossiya 24, sempat meliput pemilihan ini secara menyeluruh.
"Kami terus mengikuti kegilaan ini," kata salah seorang presenternya.
Perlu diingat bahwa komunitas intelijan AS percaya Rusia berusaha memengaruhi Pilpres pada 2016 lalu untuk menguntungkan Trump, tuduhan yang telah berkali-kali dibantah oleh Moskwa.
Kedua penyiar di Rossiya 24 berkelakar tentang kemungkinan tuduhan bias terhadap sang kandidat petahana.
"Beberapa kamerad...akan mendengarkan kami sekarang dan menyimpulkan bahwa kami telah menyatakan Trump sebagai pemenang," kata seorang presenter, yang kemudian dibalas rekannya, "Ini murni matematika, tidak lebih."
Baca juga: Biden Menang di Lumbung Suara Trump, Kans Biden Semakin Besar ke Gedung Putih
Belum ada komentar resmi dari pemerintah Rusia, namun politikus pro-Kremlin Vyacheslav Nikonov tidak segan menunjukkan kegirangannya akan ketidakpastian hasil pemilihan.
"Siapapun yang memenangkan gugatan hukum, setengah dari rakyat Amerika tidak akan menganggapnya sebagai presiden yang sah," tulisnya di Facebook. "Mari siapkan banyak popcorn."
Namun pada Jumat (06/11/2020) pagi, Pilpres AS tidak lagi menjadi berita utama di saluran-saluran televisi besar yang pro-Kremlin. Alih-alih, mereka berfokus pada upaya Rusia menangani Covid-19.
Semua saluran memberitakan klaim kecurangan pemilu yang dibuat Trump, tanpa menyebut, sejauh ini, bahwa tidak ada bukti yang mendukung klaim tersebut.
Sementara itu di Eropa, surat kabar Italia, Corriere della Sera, memandang pemilu di AS sebagai "ujian paling berat untuk demokrasi", yang secara bersamaan menunjukkan "kekuatan sekaligus kelemahan sistem AS" dalam hal partisipasi pemilih yang banyak dan "mekanisme yang terus menyebabkan anomali elektoral".
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer memperingatkan bahwa AS menghadapi "situasi yang sangat eksplosif".
Ia berkata Presiden Trump, yang telah bersumpah untuk menantang hasil pemilu di pengadilan, berisiko memicu "krisis konstitusional di AS".
"(Ini) harus membuat kita sangat khawatir," tambahnya.
Survei menunjukkan bahwa Presiden Trump yang pernah mengklaim ia berhasil merayu Kanselir Angela Merkel masih tidak populer di Jerman.