Virus Corona
Perawat Tetap Jepang Protes Keras Tak Dapat Uang Motivasi Jam-jaman
Banyak perawat tetap Jepang yang menangani penderita Corona di rumah sakit dan atau klinik di Jepang protes karena
Editor:
Hendra Gunawan
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Banyak perawat tetap Jepang yang menangani penderita Corona di rumah sakit dan atau klinik di Jepang protes karena tak dapat uang motivasi jam-jaman.
"Kita kerja capai sekali tak dapat uang motivasi. Dokter dan perawat outsourcing malah dapat uang motivasi jam-jaman. Ini sangat tidak adil," ungkap seorang perawat rumah sakit besar di Tokyo kepada Tribunnews.com
Tanggal 14 Desember lalu PM Jepang Yoshihide Suga mengumumkan adanya uang motivasi jam-jaman bagi perawat dan dokter outsourcing, yang diterjunkan dari luar ke sebuah rumah sakit atau klinik untuk membantu kekurangan perawat atau dokter di sana.
"Yang lebih penting adalah dukungan manusia. Kami akan menggandakan jumlah dukungan yang diberikan kepada institusi medis yang mendukung Corona dan memberangkatkan dokter dan perawat outsourcing, dan akan mensubsidi sekitar 15.000 yen per jam untuk dokter dan sekitar 5.500 yen per jam untuk perawat," papar PM Suga 14 Desember lalu.
Baca juga: Pesan dan Tema Natal Tahun 2020 dari PGI - KWI di Situasi Pandemi Covid-19
Selain itu, PM Sg\uga berjanji akan mendorong perawat untuk melakukan outsourcing pembersihan dan tugas lainnya ke perusahaan swasta sehingga mereka dapat berkonsentrasi pada tugas-tugas utama mereka, dan mendukung pengeluaran mereka.
"Saya ingin setiap menteri mengambil semua tindakan yang mungkin dilakukan dalam kerjasama erat dengan pemerintah daerah untuk mengatasi penyebaran infeksi ini dan melindungi kehidupan dan mata pencaharian masyarakat," tambah PM Suga lagi.
Para perawat tetap sebenarnya sudah dapat bonus subsidi antara 50.000 yen sampai dengan 200.000 yen yang diumumkan Juni lalu.
Baca juga: Kasus Covid-19 Aktif Tembus 100 Ribu, Satgas: Tidak Bisa Ditoleransi
Meskipun demikian beberapa perawat di daerah misalnya di propinsi Ibaraki yang tetangga Tokyo merasa belum terima uang tersebut ke rekening banknya hingga kini.
Seorang dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit di Utsunomita Jepang, Dr. Kuramochi mengungkapkan bahwa kemungkinan keterlambatan tersebut karena proses administrasi yang sangat ruwet harus dilakukan.
"Setelah pengumuman Juni lalu, baru diterima aplikasi Juli lalu. Harus semua melengkapi pengisian sampai detil, setiap tenaga medis, lalu disatukan, rumah sakit yang ajukan, mungkin dikembalikan lagi karena dianggap kurang lengkap. Proses itu baru berakhir Oktober 2020. Lalu pembayaran juga kemungkinan satu bulan, jadi November 2020 uang baru diterima," paparnya.
Baca juga: Jelang Libur Akhir Tahun, Satgas Minta Pemda Jangan Lengah Cegah Pertambahan Kasus Aktif Covid-19
Pemberian subsidi kepada perawat dan dokter sangat rinci sekali pengisian formulirnya seperti yang dilihat Tribunnews.com
Bukan hanya kegiatan yang dilakukan mereka, tetapi perincian obat setiap hari, analisis kegiatan, rincian kerja, antisipasi pasien dan sebagainya sampai detil per harinya.
Belum lagi kalau ada salah pengisian, koreksi, kumpulkan dulu sampai semua tenaga medis rumah sakit sudah mengisinya, makan waktu menunggu setidaknya satu bulan.
"Kompleksitas dan pengisian sangat detil dan menyulitkan itu membuat semua jadi terlambat, di tengah kesibukan dan kekurangan tenaga kerja medis melayani pasien Corona yang semakin banyak saat ini."