Ribuan Orang Unjuk Rasa di Luar Kediaman Netanyahu, Tuntut PM Israel itu Mengundurkan Diri
Banyak dari mereka yang memegang spanduk ungkapan protes yang berisi tulisan 'mendesak Netanyahu untuk hengkang dari jabatannya'.
Penulis:
Fitri Wulandari
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, YERUSALEM - Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di luar kediaman Perdana Menteri (PM) Netanyahu di Yerusalem, tepatnya di Jalan Balfour pada hari Sabtu kemarin waktu setempat.
Mereka menuntut Netanyahu untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Menurut laporan dari The Times of Israel, ratusan orang berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa yang berlangsung mulai dari pintu masuk utama Yerusalem ke Paris Square, lokasi utama demonstrasi.
Banyak dari mereka yang memegang spanduk ungkapan protes yang berisi tulisan 'mendesak Netanyahu untuk hengkang dari jabatannya'.
Spanduk lainnya juga menyatakan bahwa para pengunjuk rasa ini tidak akan berhenti melakukan protes sampai Netanyahu ke luar dari kehidupan mereka.
Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (27/12/2020), puluhan orang dilaporkan mengalami bentrok dengan aparat kepolisian yang berjaga di luar kediaman Netanyahu.
Baca juga: Erdogan: Turki Ingin Punya Hubungan yang Lebih Baik dengan Israel
Perlu diketahui, para pengunjuk rasa ini tiba beberapa jam sebelum waktu unjuk rasa yang biasanya dilakukan di negara itu.
Hal ini mengejutkan polisi yang berjaga, karena ini memungkinkan pengunjuk rasa untuk maju lebih dekat ke pintu masuk kediaman, sebelum akhirnya memblokir jalan.
Beberapa pengunjuk rasa dikabarkan membawa obor dan menyalakan api unggun di dekat gerbang.
Mereka kemudian diamankan oleh polisi dan petugas pemadam kebakaran datang untuk memadamkan api yang telah mereka buat.
Dalam aksi unjuk rasa ini, tiga orang ditangkap.
Sementara aksi terbesar diadakan di luar kediaman Netanyahu, protes lainnya juga terjadi di seluruh negeri pada hari Sabtu kemarin.
Aksi dilakukan di antaranya di Kota Caesarea, dekat dengan kediaman pribadi Netanyahu, serta di plaza, persimpangan dan jalan raya.
Kasus kekerasan juga dilaporkan terjadi di Rishon Lezion, di mana seorang laki-laki mengancam para pengunjuk rasa sambil memegang pisau.
Selanjutnya di Giv'at Ada, dekat Caesarea, pengunjuk rasa dilaporkan mendapatkan serangan dari beberapa pendukung Netanyahu.
Protes terbaru terjadi dan dipicu Pemilihan Umum Knesset yang rencananya akan digelar pada bulan Maret 2021.
Parlemen Israel dibubarkan pada hari Selasa lalu, setelah pembicaraan yang dilakukan berminggu-minggu mengenai anggaran, gagal mencapai kesepakatan antara Netanyahu dan Menteri Pertahanan Benny Gantz.
Pada hari Rabu lalu, parlemen Israel telah menyetujui amandemen Undang-undang (UU) virus corona (Covid-19) yang di dalamnya termasuk poin pembatasan jumlah peserta dalam unjuk rasa.
UU ini memuat 'tidak lebih dari 20 orang dapat berkumpul di satu tempat, dan hanya mereka yang tinggal dalam jarak satu kilometer atau sekitar 0,6 mil dari lokasi aksi yang diizinkan untuk hadir'.
UU dan pengetatan pembatasan sosial terkait pandemi ini, secara keseluruhan dipandang oleh beberapa orang sebagai upaya untuk menahan aksi unjuk rasa.
Baca juga: Israel Umumkan Lockdown Setelah Vaksinasi Corona
Sebelumnya, protes nasional yang menyerukan agar Netanyahu mundur dari jabatannya, memang terus berlanjut sejak Juli lalu.
Ia dinilai gagal menangani krisis ekonomi yang disebabkan pandemi Covid-19.
Demonstrasi anti pemerintah telah berlangsung selama lebih dari enam bulan di Israel.
Warga menuntut pengunduran diri Netanyahu terkait persidangan atas tuduhan penyuapan, penipuan dan pelanggaran kepercayaan serta penanganan pemerintah terhadap pandemi Covid-19.
Netanyahu membantah dan menegaskan bahwa dirinya tidak melakukan kesalahan.