Virus Corona
Andalkan Pasokan COVAX, Program Vaksinasi Korsel Terancam
Perlu diketahui, Korsel pun turut terdampak penundaan pengiriman vaksin AstraZeneca yang diproduksi di India.
Penulis:
Fitri Wulandari
Editor:
Malvyandie Haryadi
Upaya tersebut tampaknya membuahkan hasil, karena pemerintah mengumumkan pada Kamis kemarin bahwa pengiriman 432.000 dosis vaksin AstraZeneca melalui skema COVAX akan dimajukan menjadi hari Sabtu pada pekan ketiga di bulan April ini.
"(Kami) telah mempercepat proses administrasi dan dapat memajukan jadwal dari yang sebelumnya disampaikan COVAX kepada kami," kata Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea.
Jadwal pengiriman yang fluktuatif ini pun telah menimbulkan kekhawatiran tentang target negara itu yang ingin mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) pada November 2021, dengan melakukan imunisasi terhadap 12 juta orang pada bulan Juni mendatang.
Kendati demikian, pejabat pemerintah optimis bahwa tujuan tersebut dapat tercapai.
Seperti yang disampaikan Perdana Menteri (PM) Chung Sye-kyun dalam konferensi pers pada hari Kamis kemarin waktu setempat.
"Ini adalah target yang sangat dapat dicapai, karena kami telah memperhitungkan jadwal pasokan dan kemampuan inokulasi kami," kata Sye-Kyun.
Dengan asumsi tidak ada penundaan lebih lanjut, Korsel dijadwalkan menerima 13,7 juta dosis pada kuartal kedua.
Rinciannya adalah 6 juta dari Pfizer Inc, 7 juta dari AstraZeneca dan 729.000 dari COVAX.
Sementara itu, kandidat oposisi untuk pemilihan Wali Kota Seoul, Oh Se-hoon mengkritisi pemerintah pada minggu ini.
Hal itu karena peluncuran program vaksinasi yang dinilai lambat.
Peluncuran yang lambat ini, sebagian disebabkan oleh strategi awal negara itu untuk lebih fokus pada pengendalian virus melalui pengujian (testing) agresif serta pelacakan kontak (tracing), dibandingkan melakukan kesepakatan vaksin secara bilateral.
Saat sebagian besar negara kaya telah menghindari pembelian bersama melalui COVAX, Korsel justru meningkatkan kekhawatiran atas ketidakadilan terhadap akses untuk memperoleh vaksin.
Kendati demikian, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, memuji langkah Korsel yang mengandalkan vaksin melalui skema COVAX.
"Republik Korea meskipun merupakan negara berpenghasilan tinggi yang dapat secara mudah membeli vaksin melalui kesepakatan bilateral, namun saat ini tengah menunggu giliran untuk mendapatkan vaksin melalui COVAX," kata Tedros, pada 22 Maret lalu.
Begitu pula Pakar Darurat Utama WHO, Mike Ryan yang juga memuji upaya Korsel secara keseluruhan dalam mengatasi Covid-19.