Kamis, 28 Agustus 2025

Krisis Myanmar

Demonstran Rayakan Ulang Tahun Pemimpin Kudeta dengan Ritual Pemakaman: Ingin Dia Segera Meninggal

Demonstran antikuderta merayakan ulang tahun ke-65 pemimpin pemerintah militer atau junta Myanmar dengan membakar potretnya hingga ritual pemakaman.

Penulis: Rica Agustina
Editor: Tiara Shelavie
AFP/STR
Para pengunjuk rasa di Myanmar yang dilanda kudeta memperingati ulang tahun pemimpin junta Min Aung Hlaing dengan membakar potretnya dan menggelar pemakaman palsu. 

Beberapa analis percaya bahwa itu adalah faktor dalam perebutan kekuasaannya karena dia tidak dapat melihat jalan ke jabatan yang lebih tinggi dengan bantuan partai politik yang didukung militer, yang dikalahkan dalam pemilihan tahun lalu.

Sebelum kudeta, Min Aung Hlaing dianggap sebagai golongan masyarakat terendah dalam Hindu atau paria internasional.

Dia dikutuk karena memimpin penumpasan brutal tahun 2017 terhadap populasi Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan di negara itu.

Dia telah dilarang dari Facebook karena memicu pidato kebencian terhadap minoritas yang dianiaya.

Penyelidik PBB telah meminta dia dan para pemimpin tinggi militer lainnya untuk diadili karena genosida.

Tapi selama bertahun-tahun, dia dengan gigih membantah hampir semua tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan mengatakan operasi militer, yang mendorong sekitar 750.000 pengungsi Rohingya ke Bangladesh, dibenarkan untuk membasmi pemberontak.

Baca juga: Aung San Suu Kyi Berpesan Agar Warga Myanmar Lebih Berhati-hati Terhadap Covid-19

Baca juga: Milisi Bersenjata Myanmar Nyatakan Perang terhadap Junta, Bentrokan Pecah di Kota-kota Besar

Dia ditunjuk untuk memimpin angkatan bersenjata Myanmar pada tahun 2011, sama seperti generasi pemimpin militer sebelumnya sedang mentransisikan negara itu ke sistem parlementer setelah beberapa dekade pemerintahan junta.

Rezim Min Aung Hlaing telah menghadapi kecaman dan sanksi internasional sejak kudeta, dengan kekhawatiran atas meningkatnya kekerasan, tahanan politik, penutupan internet dan pencakaran kembali kebebasan pers.

Dewan Administrasi Negara-nya pada hari Sabtu bersikeras bahwa pihaknya sedang berupaya mencapai 'perdamaian abadi bagi seluruh bangsa', menurut sebuah surat kabar yang dikelola negara.

Sebagai informasi, Myanmar telah mengalami krisis dengan protes massal yang terjadi setiap harinya selama lima bulan.

Protes antikudeta ditanggapi militer secara brutal sejak kudeta 1 Februari 2021 yang menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.

Hampir 890 warga sipil tewas dalam tindakan keras oleh Dewan Administrasi Negara, sebagaimana junta menyebut dirinya sendiri, dan hampir 6.500 telah ditangkap, menurut kelompok pemantau lokal.

Berita lain seputar Krisis Myanmar

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan