Virus Corona
Lambda, Varian Virus Corona Baru yang Membuat Bingung Ilmuwan karena Mutasinya yang Tak Biasa
Lambda, varian virus corona terbaru yang menarik perhatian WHO, telah membuat para ilmuwan bingung karena serangkaian mutasi yang tidak biasa
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Lambda, varian virus corona terbaru yang menarik perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah membuat para ilmuwan bingung karena serangkaian mutasi yang "tidak biasa", Financial Times melaporkan pada hari Jumat.
Strain ini pertama kali terdeteksi di Peru dan sejak itu menyebar ke 27 negara.
Varian Lamba dilambangkan C.37.
Public Health England (PHE) mengatakan pihaknya mendeteksi enam kasus varian Lamba antara 23 Februari dan 7 Juni, lima di antaranya sempat bepergian ke luar negeri, menurut Reuters.
Seorang dokter di bidang biologi molekuler di universitas Cayetano Heredia di Peru, Pablo Tsukayama mengatakan bahwa ketika varian Lamba pertama kali menarik perhatian petugas medis pada bulan Desember, varian itu hanya ada satu dari setiap 200 sampel.
"Namun pada bulan Maret, sekitar 50% sampel di Lima adalah varian Lambda dan sekarang sekitar 80%. Itu akan menunjukkan tingkat penularannya lebih tinggi daripada varian lain," katanya.
Baca juga: Hasil Studi: Covid-19 Varian Lambda Kebal Vaksin dan Lebih Menular daripada Delta
Baca juga: Kappa dan Lambda, Varian Baru Virus Corona yang Dikhawatirkan Ilmuwan di Samping Varian Delta

FT, mengutip WHO, melaporkan bahwa 82% dari kasus COVID-19 baru pada Mei dan Juni di Peru adalah varian Lambda.
Negara tetangga, Chili juga tidak terhindar dari dampak buruknya, karena menyumbang hampir sepertiga dari kasus baru di sana.
Apakah varian Lambda lebih menular dari varian lain?
Para ilmuwan belum memutuskan apakah mutasi pada Lamba membuatnya menjadi lebih menular.
"Saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa varian Lambda lebih agresif daripada varian lain," kata Jairo Méndez Rico, penasihat penyakit virus yang muncul di Pan-American Health Organisatio (PAHO).
"Mungkin saja varian ini memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi tetapi lebih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan untuk ini."
Bulan Juni lalu, Lambda dilabeli WHO sebagai "variant of interest" ketujuh sejauh ini.
WHO percaya bahwa empat strain lain yang lebih banyak dilaporkan menjadi perhatian yang lebih besar, yaitu Alpha, Beta, Gamma dan Delta yang pertama kali masing-masing pertama kali terdeteksi di Inggris, Afrika Selatan, Brasil dan India.
Dikatakan bahwa varian Lamdba, meski begitu, perlu diawasi dengan ketat.
Baca juga: Mengenal Virus Covid-19 Varian Lambda, Punya Gejala Batuk Terus-menerus dan Suhu Tinggi
Baca juga: Apa Itu Varian Lambda? Varian Covid-19 Baru yang Dilabeli WHO, Miliki Gejala Batuk Terus Menerus
Menyusul pengumuman WHO pada 23 Juni, PHE mengatakan Lambda adalah varian yang sedang diselidiki "karena ekspansi internasional dan beberapa mutasi penting".
Namun PHE mengklarifikasi bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa varian itu adalah bentuk penyakit yang lebih parah atau yang dapet mengurangi kemanjuran vaksin.
"Salah satu alasan mengapa sulit untuk memahami ancaman dari Lambda, menggunakan data komputasi dan lab, adalah karena ia memiliki serangkaian mutasi yang tidak biasa, dibandingkan dengan varian lain," lapor FT, mengutip Jeff Barrett, direktur COVID-19 Genomics Initiative di Wellcome Sanger Institute di Inggris.
Menurut Barrett, karena tidak banyak fasilitas pengurutan genetik di Amerika Latin, sulit untuk memastikan berapa banyak wabah di sana yang diakibatkan oleh strain Lambda.
'Berpotensi menjadi variant of concern'
Menurut FT, Lambda memiliki pola unik dari tujuh mutasi pada protein lonjakan yang digunakan virus untuk menginfeksi sel manusia.
Para peneliti sangat tertarik dengan satu mutasi yang disebut L452Q, yang mirip dengan mutasi L452R yang diyakini berkontribusi pada tingkat penularan yang tinggi dari varian Delta.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Monica Acevedo dan rekan-rekannya di Universitas Chili, Santiago.
Penelitian itu melibatkan analisis sampel darah dari petugas kesehatan setempat untuk mempelajari efek Lambda pada infektivitas virus.
Para petugas kesehatan telah menerima dua dosis vaksin CoronaVac China.
Temuan yang dipublikasikan pada hari Kamis, tampaknya menunjukkan Lambda lebih menular daripada Gamma dan Alpha dan lebih mampu melarikan diri dari antibodi yang dihasilkan oleh vaksin.
"Data kami menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa mutasi yang ada pada protein lonjakan varian Lambda memberikan pelepasan antibodi penawar dan peningkatan infektivitas," tulis temuan tersebut.
Seorang pasien yang terinfeksi varian Lambda di Brasil, di mana Gamma telah menjadi strain dominan, dipelajari oleh sekelompok peneliti di kota Porto Alegre.
"Mengingat varian ini telah menyebar dengan cepat di Peru, Ekuador, Chili, dan Argentina, kami percaya bahwa Lambda memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi variant pf concern," tulis para peneliti dalam makalah yang belum ditinjau oleh rekan sejawat.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya seputar varian Lambda