Senin, 1 September 2025

Konflik Politik di Malaysia

PM Malaysia Muhyiddin Yassin di Bawah Tekanan untuk Mundur setelah Teguran Keras dari Raja

Raja Malaysia telah menegur pemerintah Perdana Menteri Muhyiddin Yassin karena menyesatkan Parlemen mengenai status tindakan darurat virus corona

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
Bernama
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin dan Raja Malaysia Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah. Raja Malaysia menegur pemerintah Perdana Menteri Muhyiddin Yassin karena menyesatkan Parlemen mengenai status tindakan darurat virus corona, memicu seruan baru bagi pemimpin yang diperangi itu untuk mengundurkan diri. 

Wakil ketua DPR kemudian mengatakan Parlemen akan ditunda hingga Senin karena dua kasus lagi telah terdeteksi, dan mengabaikan teriakan protes dari anggota parlemen yang menuduh pemerintah mengatur penundaan untuk mengulur waktu di tengah krisis.

Mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad dan anggota Organisasi Nasional Melayu Bersatu, partai terbesar dalam koalisi yang berkuasa, telah menggemakan seruan agar Muhyiddin mengundurkan diri.

Mantan Perdana Menteri Malaysia, Tun Dr Mahathir Mohamad
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Tun Dr Mahathir Mohamad (Shafwan Zaidon)

Baca juga: Mahathir Mohamad Sebut 4 Orang Ini Berpotensi Jadi Perdana Menteri Baru Malaysia, Tak Ada Nama Anwar

Baca juga: Reshuffle Kabinet Malaysia, PM Muhyiddin Yassin Tunjuk Ismail Sabri sebagai Wakil Perdana Menteri

Namun Wakil Perdana Menteri Ismail Sabri, seorang anggota UMNO, menekankan dalam sebuah pernyataan bahwa pemerintah masih mendapat dukungan mayoritas.

Ismail Sabri menyerukan agar parlemen tenang, dengan mengatakan situasi politik yang tidak stabil dapat merusak upaya untuk memerangi pandemi.

Sebelumnya, pihak oposisi menuduh Muhyiddin berusaha menghindari pemungutan suara di Parlemen yang mungkin akan memperlihatkan bahwa dia sebenarnya telah kehilangan dukungan mayoritas dan mendorong raja untuk memilih pemimpin baru.

Institute for Democracy and Economic Affairs mengatakan bahwa pernyataan raja mengungkap "krisis konstitusional" di mana pemerintah terlihat menjalankan kekuasaannya di luar apa yang diizinkan dalam konstitusi.

Analis mengatakan teguran kerajaan yang belum pernah terjadi sebelumnya semakin melemahkan pemerintahan Muhyiddin, yang mengambil alih kekuasaan pada Maret 2020 dengan mayoritas tipis di Parlemen.

"Muhyiddin bergantung pada dukungan raja. Dia berdiri di belakang dukungan raja. Tetapi hari ini kaki itu ditarik," kata Bridget Welsh, dari Universitas Nottingham Malaysia dan pakar politik Asia Tenggara.

"Ini akan meningkatkan tekanan baginya untuk berhenti dan melemahkan dukungannya di saat dia dianggap telah salah menangani pandemi," katanya.

Terlepas dari langkah-langkah darurat, pemerintah Muhyiddin dianggap telah gagal mengekang lonjakan infeksi virus corona yang memburuk, dengan total kasus menembus angka 1 juta pada hari Minggu (25/7/2021) lalu.

Muhyiddin menjadi perdana menteri setelah memprakarsai kejatuhan pemerintah reformis yang memenangkan pemilu 2018.

Partai Bersatu-nya membentuk aliansi yang tidak begitu stabil yang mencakup UMNO, yang digulingkan dalam jajak pendapat 2018.

UMNO, partai terbesar dalam aliansi tersebut, tidak senang berada di bawah Bersatu dan baru-baru ini mengatakan akan menarik dukungan untuk Muhyiddin.

Tetapi beberapa anggota UMNO di parlemen masih tetapi mendukung perdana menteri.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Berita lainnya seputar Konflik Politik di Malaysia

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan