Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik di Afghanistan

BREAKING NEWS: Ledakan Keras Terjadi di Dekat Bandara Kabul Afghanistan, Diduga Serangan Roket

Sebuah ledakan dilaporkan terjadi di dekat Bandara Kabul, ibu kota Afghanistan, Minggu (29/8/2021).

Najiba/AFP
Ledakan keras kembali terdengar di ibukota Afghanistan, Kabul pada Minggu (29/8/2021). 

TRIBUNNEWS.COM, KABUL - Sebuah ledakan dilaporkan terjadi di dekat Bandara Kabul, ibu kota Afghanistan, Minggu (29/8/2021).

Hingga berita ini diturunkan belum diketahui asal usul atau penyebab ledakan tersebut. Sejumlah media internasional mengunggah foto yang menunjukkan kepulan asap di area sekitar bandara.

Namun, sejumlah saksi mata, seperti dikutip dari Times Of India, melaporkan, ledakan itu tampaknya disebabkan oleh roket yang menghantam sebuah rumah di daerah di sisi utara bandara internasional Kabul.

“Sebuah roket menghantam sebuah rumah di PD15," ujar sang saksi mata demikian ditulis media tersebut.

Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Serangan di Kabul ini hanya berselang beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat, Joe Biden memperingatkan serangan susulan di bandara Kabul sangat mungkin terjadi.

Menurut informasi dari para petinggi militer, kata Biden, kemungkinan serangan terjadi paling cepat pada Minggu.

AS mendesak warganya untuk meninggalkan wilayah di dekat bandara karena adanya "ancaman spesifik yang terpercaya".

AS masih melanjutkan evakuasi, tapi pasukan dari Inggris termasuk diplomat dan pejabatnya sudah total meninggalkan lokasi.

Bom bunuh diri di dekat bandara terjadi Kamis lalu, mengakibatkan 170 orang tewas.

Kelompok Negara Islam di Provinsi Khorasan (ISIS-K) mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Sebagai balasannya, AS melakukan serangan menggunakan pesawat tanpa awak, dan mengatakan mengatakan serangan ini telah membunuh dua anggota ISIS-K "berprofil-tinggi".

Dua orang itu digambarkan sebagai perancang dan seorang fasilitator. Masih belum jelas apakah mereka terlibat langsung dalam rencana serangan bom bunuh diri di bandara Kabul.

"Serangan ini bukan yang terakhir. Kami akan terus melanjutkan perburuan siapa pun yang terlibat dalam serangan keji, dan membuat mereka membayarnya," kata Biden dalam sebuah pernyataan yang dirilis Sabtu.

ISIS K merupakan kelompok paling keras dan ekstrem dari semua kelompok yang terkait dengan Taliban di Afghanistan, yang sekarang mengusai sebagian besar negara itu. Kelompok ISIS-K menuduh Taliban mengabaikan peperangan untuk negosiasi perdamaian dengan Amerika.

Di sisi lain, pihak Taliban mengutuk serangan udara melalui pesawat tanpa awak, dan mengatakan AS semestinya berkonsultasi dengan mereka terlebih dahulu, kata juru bicaranya kepada kantor berita Reuters.

Kelompok ISIS-K mengaku melancarkan serangan di luar Bandara Kabul Kamis (26/8/2021) yang menewaskan sedikitnya 170 orang, termasuk 13 tentara Amerika.

Saat itu evakuasi besar-besaran dengan pesawat terbang tengah berlangsung sejak kelompok Taliban kembali menguasai Kabul pertengahan Agustus.

Dalam dua pekan terakhir, lebih dari 100.000 orang diyakini telah dievakuasi, saat tenggat waktu bagi pasukan AS untuk keluar dari Afghanistan akan belangsung pada Selasa 31 Agustus mendatang.

Sebelumnya, Presiden Joe Biden berikrar AS akan memburu para pelaku serangan bom bunuh diri di luar Bandara Kabul yang menewaskan sedikitnya 170 orang, termasuk 13 tentara AS.

"Kami tidak akan memaafkan. Kami tidak akan lupa. Kami akan memburu Anda dan membuat Anda membayar," kata Biden seraya menyiratkan bahwa para pelaku mungkin berasal dari penjara yang dibuka Taliban.

Biden juga merujuk kelompok ISIS-K, yang disebut-sebut sebagai pihak yang berada di balik serangan di luar Bandara Kabul.

"Kami tidak akan gentar oleh teroris-teroris. Kami tidak akan menghentikan misi. Kami akan melanjutkan evakuasi," tegas Biden sembari menambahkan bahwa AS akan membalas para pelaku serangan pada Jumat (27/08).

Hingga Jumat (27/08), sebanyak 104.000 warga sipil telah dievakuasi dari Afghanistan, termasuk 66.000 orang dari AS serta 37.000 individu dari negara sekutu dan mitra AS.

Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, dalam unggahan di Twitter mengatakan pihaknya dengan keras mengecam ledakan ganda di area yang dikontrol oleh militer Amerika Serikat.

"Kami mengutuk pengeboman yang menyasar warga sipil di bandar udara Kabul," kata Mujahid.

Ia menambahkan ledakan terjadi di "area yang tanggung jawab keamanannya ada di tangan militer AS".

Juru bicara sekjen PBB Antonio Guterres juga mengutuk atas insiden yang ia gambarkan sebagai "serangan teroris yang menewaskan dan menyebabkan luka-luka warga sipil di Kabul, kata juru bicara Guterres.

"Insiden ini menggarisbawahi situasi di lapangan yang tidak menentu ... tapi juga menguatkan keinginan kami untuk melanjutkan bantuan di seluruh negeri bagi rakyat Afghanistan," kata juru bicara sekjen PBB, Stephane Dujarric kepada para wartawan.

Wartawan BBC Secunder Kermani di Kabul mengatakan, "Video yang dibagikan di media sosial menjukkan tumpukan jenazah, jadi kemungkinan korban meningkat."

Saat ini masih ada puluhan ribu warga Afghanistan di bandara dan berupaya meninggalkan negara itu setelah Taliban berkuasa.

ISIS-K

Komandan ISIS-K sempat melakukan wawancara dengan Koresponden CNN, Clarissa Ward, dua hari sebelum bom bunuh diri di dekat bandara Kabul, Afghanistan, terjadi pada Kamis (26/8/2021).

Dalam wawacara tersebut, Komandan ISIS-K mengatakan kelompoknya sudah "menunggu waktu untuk menyerang."

"Saat warga asing dan orang-orang meninggalkan Afghanistan, kami bisa memulai kembali operasi kami," kata sang komandan yang tak disebutkan namanya, Selasa (24/8/2021), dikutip dari Sputnik News.

Ia menambahkan, ISIS-K sudah merekrut anggota dan menunggu warga asing meninggalkan Afghanistan.

Tak hanya itu, ia juga mengungkapkan pada Ward bahwa dirinya telah memimpin kelompok beranggotakan 600 orang, termasuk orang India dan Pakistan.

Militan anonim itu juga mengklaim ia pernah bekerja dengan Taliban.

Namun, ia menjadi kritis pada kelompok tersebut karena telah memoderasi pendiriannya terhadap pengaruh Barat.

"Kami (pernah) beroperasi di jajaran Taliban. Namun, mereka tidak sejalan dengan kami dalam hal kepercayaan, jadi kami pindah ke ISIS," ungkapnya.

"Jika ada yang setuju dengan kami dalam hal ini, dia adalah saudara kami."

"Jika tidak, kami menyatakan perang dengannya, tak peduli apakah dia Taliban atau orang lain," umbuh dia.  (AFP/BBC)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved