Sabtu, 13 September 2025

Virus Corona

Apakah Dosis Booster Penting, Begini Pendapat Para Ahli

Selama sepekan terakhir, ada banyak pertanyaan yang terus dilontarkan para ahli terkait 'apakah orang membutuhkan suntikan dosis penguat (booster) vak

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Vaksinator menyuntikan vaksin dosis ketiga atau booster vaksin Moderna kepada tenaga kesehatan di RSUD Matraman, Jakarta Timur, Jumat (6/8/2021). Pemerintah menargetkan pemberian dosis ketiga kepada tenaga kesehatan rampung pada pekan kedua Agustus 2021. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM, MARYLAND - Selama sepekan terakhir, ada banyak pertanyaan yang terus dilontarkan para ahli terkait 'apakah orang membutuhkan suntikan dosis penguat (booster) vaksin virus corona (Covid-19)'.

Namun ada satu elemen penting yang hilang dalam percakapan mengenai dosis booster saat ini.

Jika anda berencana menggunakan suntikan booster, ingatlah bahwa vaksinasi lengkap dua dosis masih dapat mencegah 86 persen kasus rawat inap dan kematian pada 82 persen pasien.

Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), ini mengindikasikan bahwa vaksin Covid-19 akan melakukan hal persis seperti apa yang dirancang untuk mereka lakukan, bahkan di tengah penyebaran varian Delta yang diketahui lebih cepat dan mudah menular.

Dikutip dari laman CNBC, Jumat (17/9/2021), Direktur Pusat Penelitian Imunisasi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins, Dr. Anna Durbin mengatakan dalam pengarahannya pada hari Rabu lalu bahwa vaksin Covid-19 sama seperti vaksin flu, difokuskan hanya untuk menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi dan penyakit yang parah, bukan membasminya.

"Vaksin dirancang untuk mencegah penyakit serius, bukan untuk mencegah infeksi atau mencegah gejala apapun," kata Dr Durbin.

Itu yang menjadi salah satu alasan potensial bagi Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS untuk tetap bersikap netral dalam melihat data baru dari raksasa farmasi Pfizer yang menunjukkan bahwa suntikan booster dapat meningkatkan kekebalan tubuh.

Baca juga: PM Singapura Terima Dosis Booster Vaksin Covid-19, Ini Katanya

Perlu diketahui, pada hari Rabu lalu Pfizer mengirimkan data ke FDA berdasar pada studi yang dilakukan di Israel.

Data tersebut menunjukkan bahwa dosis ketiga dari vaksin mRNA yang diberikan dengan jarak interval enam bulan setelah pemberian dosis kedua, memulihkan perlindungan dari infeksi hingga mencapai 95 persen.

"FDA belum secara independen meninjau atau memverifikasi data yang mendasari kesimpulan Pfizer," tulis FDA dalam sebuah dokumen yang diterbitkan pada Rabu lalu.

Perlu diketahui, Komite Penasihat Vaksin FDA AS akan bertemu pada 17 September ini untuk meninjau data dan membuat keputusan tentang apakah mereka akan menyetujui suntikan booster di AS.

Dalam laporannya, FDA juga mencatat bahwa studi Israel yang diajukan oleh Pfizer bersifat observasional.

Oleh karena itu, kemungkinan mengandung bias yang membuat temuan tersebut kurang dapat diandalkan.

"Sedangkan studi yang dilakukan di AS mungkin paling akurat untuk mewakili efektivitas vaksin pada populasi AS," jelas FDA.

Vaksin yang tetap efektif dalam menekan angka kasus rawat inap dan kematian juga menjadi alasan sekelompok ahli menerbitkan sebuah artikel di jurnal medis The Lancet pada hari Senin lalu, dengan alasan bahwa booster 'tidak sesuai pada tahap pandemi ini'.

Namun saat debat antar ahli ini bergulir, CDC pada hari Jumat merilis data baru yang memperkuat fakta bahwa vaksin masih berfungsi.

Lembaga tersebut mempelajari lebih dari 600.000 kasus Covid-19 sejak April hingga pertengahan Juli lalu, saat Delta menjadi strain yang dominan di AS.

Dalam penelitian itu, CDC menemukan bahwa orang yang tidak divaksinasi berisiko empat kali lebih mungkin terinfeksi Covid-19, 10 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit dan 11 kali lebih mungkin untuk meninggal karena penyakit ini.

Seiring waktu, vaksin Covid-19 mungkin tidak efektif untuk mencegah penyakit ringan pada orang yang telah divaksinasi.

"Namun sekali lagi, ini bukan tanda bahwa vaksin gagal, bahkan jika FDA menyetujui penggunaan booster, menganggapnya aman dan efektif dalam melakukan apa yang seharusnya vaksin itu lakukan, semua bergantung pada CDC untuk meninjau, menandatangani secara resmi dan memutuskan siapa kelompok masyarakat yang harus mendapatkannya," pungkas Dr Durbin.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan