Dapatkah hewan yang sudah punah dihidupkan kembali untuk melawan perubahan iklim?
Para ilmuwan ingin menghidupkan kembali mamut berbulu yang punah ribuan tahun yang lalu untuk membantu melawan perubahan iklim.
Para ilmuwan telah menguraikan genom mamut, namun belum dimungkinkan untuk mengekstrak rantai DNA yang lengkap seperti ketika hewan itu masih hidup.
Di sinilah metode kedua dapat berguna, yang disebut teknologi pengeditan genom CRISPR.
Metode melibatkan isolasi gen mamut tertentu yang memungkinkannya bertahan hidup di wilayah kutub utara, dan memasukkan gen-gen tersebut ke dalam genom kerabat terdekatnya yang masih hidup, gajah Asia.
Kemudian genom yang telah dimodifikasi ditanamkan ke dalam sel telur gajah yang sudah dibuahi, lalu ditanamkan ke dalam ibu gajah pengganti. Kemudian, secara teori, hibrida gajah dan mamut akan lahir.
Metode ini juga punya kelemahan, misalnya, para ilmuwan tidak begitu familier dengan biologi gajah untuk secara akurat membedakan gen mana yang diperlukan untuk bertahan hidup di wilayah Arktik.
Mereka memahami bahwa tubuh gajah harus ditutupi dengan rambut, memiliki tengkorak oval yang khas, dan memiliki lapisan tebal lemak di bawah kulitnya, namun sifat lainnya sebagian besar masih misteri.
Menyelamatkan spesies punah
Saat ini hampir satu juta spesies tumbuhan dan hewan di Bumi terancam punah atau hancur. Jika proyek Colossal berhasil, ia akan membuka jalan menuju "keselamatan genetik" (genetic salvation) menurut Lamm.
Istilah ini merujuk pada proses untuk meningkatkan keragaman genetik spesies yang terancam punah, melalui rekayasa genetika atau kloning individu baru dalam upaya memperluas kolam gen (gene pool).
Tapi mengapa Colossal bertaruh pada mammoth padahal masih banyak spesies hidup yang butuh segera diselamatkan?
Dari sudut pandang Lamm, proyek revitalisasi mamut adalah sebuah balon percobaan atau "moonshot".
Bahkan jika tujuannya tidak tercapai, di sepanjang jalan, teknologi yang menyertai proyek ini dapat dikembangkan untuk mencegah kepunahan spesies, yang dapat dilisensikan atau dijual kepada klien potensial (bagaimanapun juga, ini bukan usaha amal, tetapi komersial).
Jadi proyek menghidupkan kembali mamut dapat dipandang sebagai semacam inkubator untuk mengembangkan semua jenis kekayaan intelektual, yang mungkin lebih mudah diciptakan daripada mamut berbulu yang hidup.