Ali Kalora tewas, apakah jadi akhir kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur yang berafiliasi dengan ISIS di Poso?
Tewasnya pimpinan kelompok militan Mujahidin Indonesia Timur Ali Kalora memunculkan pertanyaan, apakah kelompok teroris itu akan berakhir atau
Pada April tahun lalu, kelompok MIT diduga sebagai pelaku pembunuhan beberapa petani.
Tidak berhenti, kelompok ini juga diduga terlibat dalam kasus penembakan dua anggota polisi saat berjaga di sebuah bank di Poso.
Bahkan dengan brutal, kelompok ini diduga membunuh satu keluarga di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Jumat (27/11) tahun lalu.
Pertengahan tahun ini, kelompok MIT kembali diduga sebagai otak pembunuhan empat petani di perkebunan kopi Desa Kalimago, Lore Timur, Poso.
"Sekarang ada dua pilihan kemungkinan setelah tewasnya Ali Kalora. Pertama, jika mereka yang DPO serta lainnya menyerah, selesai ini 'barang'."
"Tapi kalau keempat DPO masih mengangkat senjata maka saya melihat akan ada pemimpin baru," ujarnya.
Satgas Madago Raya kini memburu empat anggota MIT lainnya yang buron, yaitu Askar Alias Jaid Alias Pak Guru, Nae Alias Galuh Alias Muklas, Suhardin Alias Hasan Pranata dan Ahmad Gazali Alias Ahmad Panjang.
Kapolda Sulteng: Kekuatan MIT tidak akan bertambah
Kepala Polda Sulawesi Tengah, Irjen Polisi Rudy Sufahriadi, selaku Penanggung Jawab Kendali Operasi Satgas Madago Raya, Minggu (19/09), mengatakan setelah tewasnya Ali Kalora, kekuatan MIT tidak akan bertambah.
"Sampai hari ini mudah-mudahan tidak akan bertambah karena mereka tidak punya pimpinan lagi," kata Rudy dalam konferensi pers di Mapolres Parigi Moutong , Sulawesi Tengah, Minggu (19/09).
"Beberapa rekan mengatakan siapa penggantinya (Ali Kalora), tidak ada penggantinya, dan kita akan cari yang empat (DPO) sampai dapat," tambahnya.
Rudy juga menyampaikan agar keempat DPO menyerahkan diri ke Satga Madago Raya guna menghindari munculnya kembali korban jiwa.
Rudy menjelaskan kronologi peristiwa tersebut bermula saat Satgas Mandago Raya mendapatkan informasi intelijen, secara manual ataupun dari teknologi informasi, mengenai posisi Ali Kalora dan Ikrima alias Jaka Ramadhan di Desa Astina.
"Lalu kita cocokan dan kirim dua tim untuk kecepatan, supaya cepat mengejar dan demi kerahasian juga supaya dia tidak kemana-mana."
"Tim itu yang ambush (menyergap), menunggu di sana, terjadi kontak tembak, dan dua meninggal dunia. TKP (tempat kejadian perkara) di perkebunan, tidak jauh dari perumahan juga," kata Rudy.