Waspadai Cina, AS dan Uni Eropa Jalin Aliansi di Bidang Teknologi
Uni Eropa dan AS ingin mempererat hubungan menyusul kekhawatiran ekspansi Cina menjadi negara adidaya teknologi. Tetapi perpecahan…
Saat pandemi COVID-19 melanda kencang, krisis chip komputer juga ikut memburuk. Banyak perusahaan manufaktur memperingatkan tentang kelangkaan semikonduktor - komponen utama yang dibutuhkan dalam membuat smartphone dan mobil.
Peringatan sektor industri ini bukan tanpa alasan. Terbukti beberapa bulan setelah pandemi, banyak pabrik yang terpaksa menutup lokasi perakitannya. Perusahaan teknologi juga menunda peluncuran produknya, bahkan pengiriman komputer terlambat sampai berbulan-bulan.
Khawatir akan dampaknya, para politisi dari Amerika Serikat (AS) hingga Jerman akhirnya meminta negara-negara produsen chip untuk membantu memprioritaskan pesanan dari negara mereka.
Tapi tidak banyak yang bisa dilakukan. Chip-chip komputer yang hanya diproduksi oleh segelintir perusahaan itu sangat sulit diproduksi. Dan kalau pun berhasil, jumlahnya tidak cukup untuk semua pihak.
Kemitraan baru AS-UE
Satu setengah tahun berlalu, kelangkaan chip semikonduktor masih tetap mengintai, menghambat berbagai macam proses produksi seperti misalnya mobil baru.
Tapi solusi untuk mengatasi krisis perlahan muncul ke permukaan. Para pejabat dari AS dan Uni Eropa (UE) menjadwalkan pertemuan pada Rabu (29/09) di Pittsburgh, AS untuk pertemuan pertama "Dewan Perdagangan dan Teknologi UE-AS” (TTC). Bagaimana cara agar lebih banyak chip diproduksi di Eropa dan AS disebut-sebut menjadi agenda utama pertemuan.
"Kami berkomitmen untuk membangun kemitraan AS-Uni Eropa … guna merancang dan memproduksi semikonduktor paling kuat dan hemat sumber daya,” kata sebuah pernyataan dari Gedung Putih.
Diskusi lain di TTC juga akan membahas prinsip-prinsip teknologi kecerdasan buatan (AI), yaitu tentang bagaimana meningkatkan keamanan siber di dunia digital yang semakin tidak stabil, dan bagaimana mendorong teknologi bersama di panggung internasional.
Jauh dari kata sepaham
Menurut percakapan pejabat AS dan UE (yang berbicara secara anonim) yang terlibat dalam mempersiapkan pertemuan TTC itu, krisis chip menjadi momen penting yang membuka mata para pembuat kebijakan di AS dan UE, bahwa sangat penting memiliki akses ke teknologi untuk mempertahankan dominasi geopolitik.
Tapi untuk mendapatkan sebuah titik temu selama pertemuan dua hari itu diyakini tidak akan mudah. Selama bertahun-tahun, AS dan UE telah berselisih tentang bagaimana cara mengatur teknologi-teknologi baru.
Kalau Brussels biasanya mendorong aturan yang ketat dan tegas, dengan alasan melindungi hak-hak dasar orang Eropa, Washington sebagian besar justru menganjurkan pendekatan lepas tangan yang digerakkan oleh pasar, memperingatkan bahwa terlalu banyak aturan dapat menghambat inovasi.
Menurut Marietje Schaake, direktur kebijakan di Pusat Kebijakan Siber Universitas Stanford, baik AS dan UE akan terbantu jika jalan tengah dapat ditemukan.
"Jika AS dan UE bekerja sama dengan lebih baik, itu akan menjadi kombinasi yang cukup kuat, yang akan membawa kekuatan geopolotik bagi AS dan UE, dan memunculkan kekuatan tentang hak dan kebebasan bagi UE dan AS,” ujar Schaake, yang menjabat sebagai anggota Parlemen Eropa antara 2009 dan 2019 itu.
"Tapi hal itu membutuhkan kesepakatan politik, dan sejauh ini belum ada banyak pertemuan yang membahas hal tersebut,” tambahnya.