Jumat, 3 Oktober 2025

Pemimpin ISIS Abu Ibrahim al-Qurayshi tewas dalam operasi militer di Suriah, kata AS

Abu Ibrahim al-Qurayshi disebut meledakkan diri beserta keluarganya dalam operasi militer AS yang sudah direncanakan selama berbulan-bulan.

Pemimpin Negara Islam (ISIS) serta seorang deputi senior dari kelompok itu tewas menyusul serangan pasukan AS di Suriah utara, kata pemerintah AS.

Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi memicu ledakan yang menewaskan dirinya dan keluarganya ketika pasukan khusus AS mengepung tempat persembunyiannya setelah terjadi baku tembak.

Presiden AS Joe Biden mengungkapkan penyerbuan yang berlangsung selama semalam itu pada Kamis (03/02).

Kematian Qurayshi "menghapus ancaman teroris besar bagi dunia", kata Biden.

Pemerintah AS tidak menyebutkan nama deputi ISIS yang juga tewas, namun membeberkan secara rinci operasi yang sudah direncanakan selama berbulan-bulan.

ISIS sejauh ini belum membuat komentar publik mengenai serangan tersebut.

Serangan ini memunculkan ingatan khalayak terhadap kematian pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden, yang tewas dalam serbuan pasukan khusus AS pada Mei 2011.


Operasi serangan itu menargetkan sebuah bangunan perumahan tiga lantai di pinggiran Kota Atmeh, Provinsi Idlib utara yang dekat dengan perbatasan dengan Turki.

Wilayah ini adalah kantong kekuatan kubu milisi yang merupakan rival sengit ISIS, serta faksi pemberontak yang memerangi pemerintah Suriah dengan dukungan dari Turki.

Berdasarkan laporan intelijen, diketahui bahwa Qurayshi tinggal bersama keluarganya di lantai dua sebuah bangunan perumahan di Atmeh. Dari situ, ia menjalankan ISIS dengan menggunakan kurir untuk menyampaikan perintahnya di Suriah dan di tempat-tempat lain.

Sebagai seorang militan yang dikenal dengan sebutan "Perusak", Qurayshi - yang juga menggunakan nama alias Hajji Abdullah, Amir Mohammed Said Abdul Rahman al-Mawla, dan Abdullah Qardash - menjadi pemimpin ISIS pada 2019, menyusul kematian pendahulunya Abu Bakr al-Baghdadi. Ia adalah seorang jihadis veteran yang lahir di Mosul.

Meskipun kelompok teror itu mengumumkan pengangkatannya sebagai pemimpin empat hari setelah kematian al-Baghdadi Oktober lalu, Qurayshi diyakini sudah lama dipersiapkan untuk peran tersebut dan sengaja dijauhkan dari medan perang untuk mengantisipasi kalau-kalau ia perlu mengambil alih kepemimpinan.

Pemerintah AS menawarkan hadiah US$10 juta (Rp143 miliar) untuk informasi tentang dia.


Bagaimana serangan itu dilaksanakan?

Selama tinggal di Atmeh, Qurayshi tidak pernah ke luar rumah kecuali untuk mandi di atap. Namun jika serangan dilakukan melalui udara akan ada banyak korban sipil berjatuhan. Pasalnya, keluarga lain yang tidak diyakini memiliki kaitan dengan ISIS atau menyadari kehadiran Qurayshi, tinggal di lantai dasar.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved