Omicron cepat menular, pemerintah Indonesia akui tracing Covid yang rendah, pakar khawatir
Pemerintah Indonesia mengakui pelacakan kontak (contact tracing) kasus Covid-19 rendah. Ahli epidemiologi mengatakan saat penyebaran virus Covid-19
Dia mengatakan hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Nadia juga menambahkan, saat ini pelacakan kontak erat rata-rata di tiap provinsi hanya dilakukan pada 10 orang per kasus positif.
Padahal standar pelacakan kontak WHO memiliki rasio 1:30, yaitu melacak 30 orang kontak erat untuk satu kasus positif.
"Ini mesti nanya pemerintah daerah, kenapa turun tracing-nya? Mungkin karena kasus banyak sehingga untuk mengaktifkan tracer-tracer belum optimal," kata Nadia.
Masdalina mengatakan, penyebaran virus Covid-19 yang terjadi saat ini merupakan penyebaran secara natural atau alamiah. Nantinya, jumlah kasus positif pun akan menurun secara alamiah, ketika setengah dari populasi sudah terinfeksi.
"Tetapi menuju penurunan itu cukup banyak korban yang akan berjatuhan, terutama yang meninggal," kata Masdalina.
Namun, di tengah kekhawatiran itu dan lonjakan kasus yang terus meningkat, Kemenkes belum berencana menambah petugas pelacakan di lapangan dan hanya mengandalkan Babinsa dan Bhabinkamtibnas.
"Kita tidak berencana mengirimkan tenaga tambahan buat tracer, artinya teman-teman petugas lapangan yang melakukan tracing. Kalau ada penambahan tracing kan bisa meminta dukungan Babinsa dan Bhabinkamtibnas ataupun juga melalui satgas setempat. Menghadapi gelombang ketiga ini kita mengaktifkan lagi apa yang sudah kita miliki" ujar Nadia.
Saat ini, Kemenkes hanya memiliki 1-2 orang tenaga pengawasan (surveillance) di puskesmas, yang menjadi koordinator pelacakan kasus.