Rabu, 8 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Putin: Rusia Terbuka untuk Diplomasi, Tapi Soal Keamanan Tak Ada Kompromi

Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan bahwa ia terbuka untuk diplomasi namun tetap mengutamankan kepentingan keamanan nasionalnya, Rabu (23/2).

Penulis: Ika Nur Cahyani
AFP/ALEXEY NIKOLSKY
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri parade Hari Angkatan Laut di St. Petersburg pada 25 Juli 2021. (Alexey NIKOLSKY/ SPUTNIK/AFP) *** Local Caption *** Russian President Vladimir Putin attends the Navy Day parade in St. Petersburg on July 25, 2021. (Photo by Alexey NIKOLSKY / SPUTNIK / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan bahwa ia terbuka untuk diplomasi namun tetap mengutamankan kepentingan keamanan nasionalnya.

Pemimpin Rusia ini mengaku akan terus memperkuat militer dalam menghadapi situasi internasional yang sulit.

Putin, berbicara dalam sebuah pernyataan video yang dirilis bertepatan dengan Hari Pembela Tanah Air tahunan, tidak menyebutkan perselisihannya dengan Barat atas Ukraina.

Diketahui sejumlah negara Barat menjatuhkan sanksi kepada Rusia, setelah Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis Ukraina.

Meski tak menyebut krisis Ukraina secara langsung, Putin mengirim pesan ke Barat dalam penampilannya itu.

Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di Kremlin di Moskow pada 21 Februari 2022.
Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di Kremlin di Moskow pada 21 Februari 2022. (Alexey NIKOLSKY / Sputnik / AFP)

Baca juga: Beda dengan Biden, Donald Trump Justru Puji Langkah Putin Akui Kemerdekaan Donetsk dan Luhansk

Baca juga: Jerman Perlu Orientasi Politik Baru Terhadap Rusia Setelah Putin Picu Eskalasi.

"Negara kami selalu terbuka untuk dialog langsung dan jujur ​​dan siap mencari solusi diplomatik untuk masalah yang paling rumit," kata Putin, Rabu (23/2/2022), dikutip dari Reuters

"Tetapi saya ingin mengulangi bahwa kepentingan Rusia dan keamanan rakyat kami tidak bersyarat."

"Jadi, kami akan terus memperkuat dan memodernisasi tentara dan angkatan laut kami," tambahnya.

Amerika Serikat menuduh Rusia mengumpulkan lebih dari 15.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina diduga untuk melakukan invasi.

Moskow berulang kali membantah punya rencana penyerangan, namun menyatakan pihaknya punya kewajiban melindungi orang-orang yang tinggal di dua wilayah separatis.

"Kita bisa melihat situasi internasional yang sulit dan ancaman yang ditimbulkan oleh tantangan saat ini, seperti erosi sistem kontrol senjata dan aktivitas militer NATO," kata Putin.

"Namun, seruan Rusia untuk membangun sistem berdasarkan keamanan yang setara dan tak terpisahkan yang dapat diandalkan untuk membela semua negara, tetap tidak terjawab."

Ukraina Jatuhkan Sanksi

Prajurit Ukraina membawa peti mati Kapten Anton Sidorov, ayah tiga anak berusia 35 tahun yang tewas dalam insiden penembakan baru-baru ini di garis depan dengan separatis yang didukung Rusia, selama upacara perpisahan di Kyiv pada 22 Februari 2022. (Photo by Sergei SUPINSKY / AFP)
Prajurit Ukraina membawa peti mati Kapten Anton Sidorov, ayah tiga anak berusia 35 tahun yang tewas dalam insiden penembakan baru-baru ini di garis depan dengan separatis yang didukung Rusia, selama upacara perpisahan di Kyiv pada 22 Februari 2022. (Photo by Sergei SUPINSKY / AFP) (AFP/SERGEI SUPINSKY)

Di hari yang sama, Rabu (23/2/2022), Parlemen Ukraina menyetujui sanksi terhadap 351 warga Rusia, termasuk anggota parlemen yang mendukung pengakuan perdamaian dua wilayah separatis di Ukraina timur dan pengerahan pasukan Rusia di sana.

Saksi itu berupa pelarangan memasuki Ukraina, membatasi akses terhadap aset, modal, properti, serta izin usaha.

Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina akan menjatuhkan sanksi setelah pemungutan suara.

"Kita harus berbicara kepada dewan keamanan nasional untuk segera menjatuhkan sanksi terhadap penjahat, terhadap setiap wakil Duma Negara Rusia, yang memilih untuk memecah Ukraina," Iryna Herashchenko, anggota faksi Solidaritas Eropa, mengatakan sebelum pemungutan suara.

Pekan lalu, 351 anggota Parlemen Rusia meminta Presiden Vladimir Putin mengakui kemerdekaan dua republik yang memproklamirkan diri di Ukraina timur yang dikendalikan oleh separatis pro-Rusia.

Sanksi juga dijatuhkan sejumlah negara Barat dan Jepang.

Dilaporkan Reuters, AS, Uni Eropa, Inggris, Australia, Kanada, dan Jepang menargetkan bank dan tokoh elit.

Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan Inggris akan menghentikan Rusia menjual utang negara di London.

"Kami akan menghentikan pemerintah Rusia dengan menaikkan utang negara di Inggris," ujar Truss.

Sanksi AS menargetkan elit Rusia dan dua bank milik negara, mengeluarkan mereka dari sistem perbankan AS, melarang mereka berdagang dengan orang Amerika, dan membekukan aset yang ada di sana.

Gambar selebaran tak bertanggal ini diambil pada September 2021 dan disediakan oleh Nord Stream 2 AG, menunjukkan spesialis di laybarge Fortuna melakukan pengikatan di atas air selama tahap akhir konstruksi pipa Nord Stream 2 di Laut Baltik.
Gambar selebaran tak bertanggal ini diambil pada September 2021 dan disediakan oleh Nord Stream 2 AG, menunjukkan spesialis di laybarge Fortuna melakukan pengikatan di atas air selama tahap akhir konstruksi pipa Nord Stream 2 di Laut Baltik. (Selebaran / Nord Stream 2 AG / AFP)

Baca juga: Ukraina Siap Perang, Tentara Cadangan Disiapkan, Warganya Diimbau Tinggalkan Rusia

Baca juga: Dapat Sanksi Ekonomi dari AS, Rusia Bisa Alihkan Perdagangan ke China

Sementara itu, Jerman membekukan proyek pipa gas Nord Stream 2.

Nord Stream adalah sistem pipa gas alam lepas pantai di Eropa, yang mengalir di bawah Laut Baltik dari Rusia ke Jerman.

Konstruksi proyek pipa ini telah selesai, tetapi masih membutuhkan sertifikasi peraturan dari otoritas Jerman sebelum gas dapat dikirimkan. 

Pipa gas Nord Stream menjadi sumber perselisihan dengan AS.

Washington prihatin dengan proyek ini karena dapat meningkatkan ketergantungan Eropa kepada Rusia terkait kebutuhan energi.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved