Konflik Rusia Vs Ukraina
Tak Mampu Kuasai Langit Ukraina, Perlahan Mulai Terungkap, Kelemahan Utama AU Rusia di Medan Perang
Rusia mengawali invasinya ke Ukraina dengan meluncurkan rentetan rudal jelajah dan balistik yang menghancurkan radar peringatan dini Ukraina.
Penulis:
Malvyandie Haryadi
Drone adalah satu-satunya area di mana Rusia tidak memiliki keuntungan.
Ukraina memiliki 66 berbanding 25 drone di pihak Rusia.
Ukraina baru-baru ini memuji drone buatan Turki, Bayraktar, karena konon memukul mundur pasukan Rusia.
“Meskipun Rusia memiliki keuntungan karena datang dengan jumlah yang lebih besar, mereka belum menguasai langit Ukraina. Sejauh ini, Kyiv mampu menerbangkan aset udara mereka dan menimbulkan kerusakan di pihak Rusia,” kata Gareth Jennings di Janes.
Angkatan udara Rusia belakangan memang dilaporkan telah menunjukkan peningkatan efektivitas dalam menutupi pasukan darat yang maju, terutama konvoi truk, kendaraan lapis baja, dan baterai artileri yang berbaris ke selatan menuju Kyiv.
Namun, para ahli percaya Rusia seharusnya bisa melakukan lebih dari itu.
“Kurangnya efektivitas angkatan udara Rusia adalah salah satu elemen mengejutkan dari konflik ini,” kata mantan kolonel tentara Prancis Michel Goya.
Terlepas dari pengalaman intervensinya di Suriah pada 2015, angkatan udara Rusia masih jauh dari “ketepatan, fleksibilitas, dan interoperabilitas angkatan udara Barat,” katanya di Twitter.
Analisa yang paling memungkinkan
Alasan yang paling sering disebutkan adalah strategi perang Presiden Vladimir Putin dirancang dengan harapan bahwa pertahanan Ukraina akan segera runtuh.
Ini kemudian akan memungkinkan pasukan Rusia untuk dengan mudah menaklukkan Kyiv, ibu kota, dan menghancurkan pasukan Ukraina di timur dan selatan tanpa perlu memperoleh keunggulan udara.
Jika seperti itu niatnya, sekarang telah gagal.
Para ahli juga telah memberikan penjelasan yang cukup tentang ketidakhadiran Angkatan Udara Rusia di medan perang.
Sementara itu, pertahanan udara di Kyiv dan kota-kota lain dalam kondisi yang baik, sehingga kondisi ini menempatkan Rusia pada posisi dilematis: menjatuhkan bom dari ketinggian tinggi, aman tapi mempertaruhkan korban sipil, atau terbang rendah dan berisiko ditembak jatuh.
Justin Bronk, seorang ahli penerbangan di RUSI, sebuah think tank Inggris, mengatakan dia mencurigai kemungkinan kurangnya amunisi yang dipandu dengan presisi (PGM) alias "bom pintar" yang tersedia untuk pilot Rusia.