Rabu, 27 Agustus 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Mengapa Beberapa Negara Ingin Tetap Bersahabat dengan Rusia di Tengah Invasi Moskow ke Ukraina?

Sejumlah ahli dan mantan pejabat AS membeberkan alasan mengapa beberapa negara tetap ingin bersahabat dengan Rusia di tengah invasi Moskow ke Ukraina.

NDTV
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Narendra Modi. 

Karena Rusia dan Ukraina memiliki komunitas Yahudi yang besar, ujarnya, ia harus "lebih berhati-hati daripada menteri luar negeri lainnya di dunia."

Begitu Putin mengirim pesawat Rusia dan pasukannya ke Suriah pada 2015, "Israel menganggapnya sangat serius sebagai penengah," kata Eric Edelman, mantan diplomat senior AS dan pejabat pertahanan, yang kini bertempat di lembaga pemikir Center for Strategic and Budgetary Assessments.

Ketika ditanya apakah oligarki Rusia yang memiliki properti dan hubungan dengan Israel mungkin bisa menghindari sanksi Barat di negara itu, Lapid bersumpah, "Israel tidak akan menjadi jalan bagi Rusia untuk melewati sanksi yang dijatuhkan AS dan negara-negara Barat lainnya."

Pejabat Israel, bagaimanapun, mengatakan pemerintah tak punya wewenang untuk menghentikan perusahaan Israel berbisnis dengan perusahaan Rusia.

3. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA)

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohamed bin Zayed
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohamed bin Zayed (Twitter Mohamed bin Zayed)

Arab Saudi dan UEA telah menghindar mendukung pemerintahan Biden dalam upaya mengisolasi dan menghukum Rusia atas invasi ke Ukraina.

Kedua negara itu juga menghindari mengkritik Moskow sejak pasukan Rusia memulai apa yang disebut Putin sebagai "operasi militer khusus".

Baca juga: Rusia Bantah Kosmonotnya Kenakan Seragam Berwarna Bendera Ukraina

UEA bulan lalu abstain dari pemungutan suara Dewan Keamanan PBB yang mengutuk invasi Rusia.

Sejauh ini, negara-negara Teluk belum memilih untuk meningkatkan produksi minyak untuk mengendalikan kenaikan harga, meski ada permintaan dari Washington dan pemerintah Barat lainnya.

Monarki Teluk Rusia yang kaya melihat Rusia sebagai aktor penting dalam koalisi produsen minyak yang dirancang untuk mengelola pasar minyak global.

Pada 2019, Saudi dan negara produsen minyak terbesar lainnya mengundang Rusia untuk membentuk kelompok yang dikenal sebagai "OPEC+".

Organisasi ini dibentuk untuk mengontrol produksi dan memastikan pasar minyak stabil dan menguntungkan.

Tak hanya itu, OPEC+ dibuat untuk melawan efek ledakan produksi minyak serpih Amerika.

Negara-negara Teluk Arab tak ingin membahayakan pengaturan itu atas perang di Ukraina.

Mereka melihat Rusia sebagai "pintu kunci" penting bagi koalisi penghasil minyak, ujar Ellen Ward, seorang rekan non-residen di lembaga pemikir dan penulis Dewan Atlantik dari Saudi, Inc.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan