Kamis, 11 September 2025

Mali Hentikan Kerjasama dengan Prancis, Undang Wagner Group dari Rusia

Bamako mengklaim drone Prancis telah melanggar wilayah udara Mali untuk memata-matai militernya puluhan kali sejak awal tahun.

ALIK KONATE / AFP
Dalam file foto yang diambil pada 19 Agustus 2020, Kolonel Assimi Goita berbicara kepada pers di Kementerian Pertahanan Mali di Bamako, setelah mengukuhkan posisinya sebagai presiden Komite Nasional untuk Keselamatan Rakyat (CNSP) . Dua pria bersenjata, termasuk seorang yang memegang pisau, menyerang presiden sementara Mali Assimi Goita pada 20 Juli 2021, seorang wartawan AFP melihat, saat salat di masjid agung di ibu kota Bamako. Serangan itu terjadi saat perayaan hari raya Idul Adha. Presiden sejak itu telah diambil dari tempat kejadian, menurut wartawan. 

Ia menunjukkan para pejabat di Bamako tidak lagi tertarik untuk memerangi kelompok Islamis.

Presiden Prancis itu juga menekankan dia tidak melihat penarikan itu sebagai pengakuan kegagalan di pihak Paris.

Pada tahun 2021, Mali mengundang organisasi paramiliter swasta Rusia untuk membantu memerangi teroris.

Kuburan Massal di Bekas Markas Pasukan Prancis

Perkembangan lain dari Mali, barat mungkin tergoda menyalahkan Angkatan Darat Mali atas dugaan kekejaman setelah kuburan massal ditemukan di dekat kamp pasukan Prancis di Mali tengah.

Rusia kini menyerukan penyelidikan menyeluruh atas temuan tersebut.

"Kami mendukung keputusan pihak berwenang Mali untuk menyelidiki keadaan kejahatan ini dengan cara yang paling menyeluruh," kata Kemenlu Rusia.

Moskow mengharapkan Paris berkontribusi secara efektif dalam penyelidikan pembunuhan dan penghilangan warga Mali.

Pernyataan itu muncul hanya beberapa hari setelah video muncul di media sosial yang diduga menunjukkan kuburan massal.

Ada puluhan mayat ditemukan di sebuah kamp militer yang pernah diduduki pasukan Prancis, yang mengambil bagian Operasi Barkhane di Mali dan negara-negara tetangga Afrika.

Tentara Mali (FAMA) mengkonfirmasi mereka menemukan kuburan massal di dekat bekas kamp Prancis di Gossi, Mali tengah.

Pasukan Prancis meninggalkan "pangkalan operasional lanjutan" pada hari Selasa dan menyerahkannya kepada militer Mali.

Pangkalan itu dilaporkan menampung ratusan tentara Prancis. Dilihat dari temuan jenazahnya, kuburan massal sudah ada jauh sebelum penyerahan markas.

Tentara Prancis segera bereaksi terhadap perkembangan tersebut dengan menyebut insiden itu sebagai bagian dari “perang informasi”.

Mereka menyalahkan Grup Wagner, organisasi paramiliter swasta Rusia yang ditempatkan di seluruh dunia, termasuk Mali dan negara-negara Afrika lainnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan