Selasa, 12 Agustus 2025

Apa Itu Virus Monkeypox atau Cacar Monyet?

Sejak awal Mei 2022, otoritas kesehatan global telah mengidentifikasi 13 kasus cacar monyet (Monkeypox) pada manusia di Inggris dan Portugal.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
The Straits Times
Kondisi tangan yang terkena penyakit monkeypox atau cacar air. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, ATLANTA - Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa penggundulan hutan dan perubahan iklim kemungkinan akan menyebabkan peningkatan epidemi yang disebabkan oleh transfer zoonosis, atau lompatan penyakit antara hewan inang ke manusia.

Sejak awal Mei 2022, otoritas kesehatan global telah mengidentifikasi 13 kasus cacar monyet (Monkeypox) pada manusia di Inggris dan Portugal.

Sementara itu, Spanyol dan Amerika Serikat (AS) saat ini sedang melacak puluhan orang terkait tanda-tanda potensial infeksi.

Baca juga: Kasus Pertama Ditemukan di Kongo, Bagaimana Pola Penyebaran Monkeypox?

Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (19/5/2022), seorang pejabat senior dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan pada Rabu kemarin bahwa lembaga tersebut menilai temuan ini sangat berbeda dari apa yang biasanya orang pikirkan tentang Monkeypox.

Termasuk bahwa wabah itu dapat menyebar ke luar Inggris.

Lalu apa itu Monkeypox?

Monkeypox kali pertama diidentifikasi oleh para ilmuwan Denmark pada 1958, saat menyebar diantara monyet kera pemakan kepiting di penangkaran.

Penyakit ini merupakan virus dalam keluarga orthopoxvirus.

Virus lain dalam keluarga yang sama termasuk diantaranya vaccinia yang disebut sebagai cacar sapi, dan variola yang disebut cacar.

Monkeypox telah ditemukan pada sejumlah hewan, termasuk beberapa jenis monyet dan hewan pengerat lainnya.

Virus ini juga dapat menyebar ke manusia, namun manusia bukanlah reservoir alami virus.

Selain itu, masa inkubasi virus ini berlangsung selama 5 hingga 21 hari setelah infeksi.

Namun saat gejalanya muncul, terdapat tanda seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, hingga lesi klasik yang menyebar ke seluruh kulit, berisi nanah dan kemudian pecah.

Berbeda dengan cacar, Monkeypox juga dapat membuat kelenjar getah bening membengkak.

Gejalanya pun dapat bertahan selama lebih dari empat minggu sebelum pemulihan, namun sering hilang setelah dua minggu.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan