Virus Corona
Korea Utara Lakukan Tes pada Sungai, Udara, dan Sampah Terkait Covid-19
Pejabat kesehatan Korea Utara melakukan pengujian Covid-19 pada sungai, danau, udara, air limbah rumah tangga, dan sampah.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Miftah
Sebuah video yang dirilis KCNA menunjukkan sekelompok pejabat mengenakan pakaian pelindung dan masker medis membawa kotak dengan tanda-tanda yang mengatakan "pembawa spesimen" atau "bakteri, penguji virus."

Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen informasi yang terkandung dalam video tersebut.
"Pejabat mengumpulkan sampel dari orang-orang yang menunjukkan demam dan menguji minuman yang diproduksi di pabrik air di Pyongyang untuk memastikan mereka bersih dan aman," kata Jo Chol Ung, wakil kepala Pusat Kebersihan dan Anti-epidemi Kota Pyongyang dalam video.
Dilansir NK News, media pemerintah merekomendasikan sejumlah pengobatan untuk mengatasi wabah Covid-19 sejak virus ini merebak.
Mayoritas media mengimbau masyarakat yang diduga terinfeksi untuk mengonsumsi obat penghilang rasa sakit dan obat tradisional saat karantina.
Salah satunya yakni minum air garam untuk meredakan gejala.
Korea Utara menyatakan virus itu sebagian besar mirip dengan "flu biasa" dan bahwa wabah itu "ditekan dan dikendalikan secara stabil" minggu lalu.
Kim Jong Un Abaikan Tawaran Bantuan
Menurut laporan DW, pemerintah Korea Selatan dan PBB telah menyatakan siap untuk membantu Korea Utara melewati pandemi.
Kendati demikian, Pyongyang mengabaikan tawaran tersebut dan hanya meminta bantuan kepada sekutunya yakni China dan Rusia.
Analis pesimis Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un akan menempatkan kebutuhan rakyatnya di atas rasa malunya jika menerima bantuan Korea Selatan atau PBB.

Baca juga: Korea Utara Luncurkan Tiga Rudal dalam Waktu Kurang dari Satu Jam setelah Biden Tinggalkan Asia
Baca juga: Pandemi Covid-19 Terus Terkendali, Kasus Mingguan Turun Menjadi 1.500-an Kasus
"Mengingat korban jiwa dan ekonomi yang mengerikan yang dapat ditimbulkan Covid-19 di Korea Utara, orang akan berharap Pyongyang akhirnya akan menerima bantuan internasional," kata Leif-Eric Easley, seorang profesor studi internasional di Ewha Womans University di Seoul.
"Tetapi hanya karena Korea Utara telah mengkonfirmasi infeksi tidak berarti hal itu akan berdampak pada komunitas internasional."
"Buku pedoman Kim tentang Covid-19 mungkin mengandalkan lebih banyak penguncian, pengetatan ikat pinggang, dan propaganda domestik sambil menerima bantuan China yang bijaksana," katanya.
"Bahkan jika rezim akhirnya memprioritaskan kehidupan orang-orang di atas kekhawatiran keamanan yang dibayangkan seputar bantuan internasional, rintangan politik dan logistik Korea Utara akan membuat pengiriman vaksin yang dipercepat menjadi sulit," kata pengamat ini.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)