Konflik Rusia Vs Ukraina
Detik-detik Anak Anggota Parlemen Inggris Digempur Artileri Rusia di Medan Perang Ukraina
Ben Grant, mantan Marinir Kerajaan Inggris berusia 30 tahun, terlihat di video itu. Dia tiba di Ukraina pada Maret.
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Sebuah rekaman video merekam momen-momen dramatis saat sekelompok tentara bayaran asing di Ukraina mundur digempur pasukan Rusia.
Mereka mendapatkan hujan artileri pasukan Rusia. Peristiwa itu disebut terjadi di wilayah Kharkiv. Sejumlah petempur terluka.
Menurut media The Telegraph yang dikutip Southfront.org, Sabtu (28/5/2022), pertempuran itu terjadi di sebuah hutan utara Kharkiv.
Beberapa personil di video itu teridentifikasi sebagai warga negara Inggris. Satu di antaranya putra Helen Grant, anggota parlemen Inggris dari Partai Tory.
Ben Grant, mantan Marinir Kerajaan Inggris berusia 30 tahun, terlihat di video itu. Dia tiba di Ukraina pada Maret.
Ben Grant berusaha membantu rekannya yang terluka, mantan Pengawal Grenadier Dean Arthur terluka oleh ranjau darat selama baku tembak yang intens.
Menurut The Telegraph, kedua warga Inggris itu bersama tim yang terdiri dari sekitar 15 sukarelawan asing bertempur di sisi pasukan Ukraina.
Ben Grant juga membagikan video drone yang menunjukkan penyerangan kendaraan pengangkut Rusia menggunakan rudal anti-tank NLAW.
Baca juga: 8.000 Tentara Ukraina Dilaporkan Ditahan oleh Kelompok Separatis di Donbas
Baca juga: Mantan Intel Marinir AS Scott Ritter Ingatkan Bahaya Agresifnya NATO ke Rusia
Baca juga: Eks Perwira Intel Swiss Ini Beberkan Kronologi Rinci Konflik Rusia-Ukraina (BAGIAN I)
Pertempuran yang Sangat Buruk
Figur utama di video itu diwawancarai The Telegraph dalam upaya menurut Southfront.org sebagai glorifikasi campur tangan mereka di negara asing.
Grant, seorang veteran Afghanistan, mengatakan pertempuran itu lebih buruk daripada yang pernah dia alami sebelumnya.
Dia mengatakan kepada The Telegraph unitnya beranggotakan 15 orang, terdiri sukarelawan Inggris dan Amerika dan dua penerjemah Ukraina, telah mempersiapkan serangan terhadap target yang dikuasai Rusia di dekat Kharkiv ketika mereka disergap.
“Saya pikir kita pasti telah terlihat oleh drone sebelumnya dan mereka telah mengatur garis posisi … jadi ketika kami bergerak, baku tembak massal pecah di mana Anda melihat (dalam video) apa yang kami lihat,” kata Grant.
“Kami berjalan dalam satu barisan saat kontak terjadi, Deano berada di ujung tim saya, ketika dia berlutut… kami menembak, menundukkan kepala dan menembak mereka. Saya ketakutan tetapi terdorong menyelesaikan tujuan terpenting saya, yang pada saat itu membuat dia dan tim saya keluar dari bahaya,” lanjutnya.
“Yang sangat takutkan keterbatasan saat mencoba menyeret seseorang, ketika saya tidak bisa menarik senjata saya, sementara ada helikopter serang di atas dan tank yang menembak melalui hutan. Itu tidak nyata – saya tidak pernah mengalami hal seperti itu dalam hidup saya,” tuturnya.
Grant menambahkan, ranjau itu – yang diduga dikendalikan dari jarak jauh – meledak di dekat Arthur, temannya dan membuat separuh kakinya hancur.
“Mencoba melakukan ini (pertolongan pertama) di tengah baku tembak saat ada tentara Rusia yang menembak kita dan di sekitar kita sangat sulit,” keluhnya.
Arthur Terkena Ranjau Darat
Arthur berusia 42 tahun, dari Stoke-on-Trent, Staffordshire. “Yang saya ingat adalah kami dihubungi, kami maju di kontak. Keluarkan RPG (granat berpeluncur roket). Beberapa detik kemudian aku terbanting di tanah,” kata Arthur.
“Seorang pria langsung mendatangi saya, mengenakan torniket. Itu rasa sakit luar biasa. Mortir, artileri, semua menghantam. Saya ingat orang-orang menarik saya, berkata, 'Ayo pergi, ayo pergi'. Kami bertemu seorang petugas medis, dia menyuntikkan morfin,” lanjut Arthur.
“Anda telah melihat rekamannya, Anda dapat mendengar peluru datang. Saya tidak ingat banyak, itu masuk dan keluar. Saya ingat ditandu di kilometer terakhir. Mereka mennyelamatkanku, kawan, mereka menyelamatkanku,” imbuh Arthur.
“Ini persahabatan yang hanya ditempa dalam situasi ini. Jika koin itu dibalik, itu adalah salah satu dari orang-orang itu, saya akan mengeluarkan mereka. Saya adalah anak laki-laki yang benar-benar beruntung di penghujung hari. Begitu banyak pria yang tidak kembali hari itu,” katanya.
Terlepas upaya media barat menggloirifikasi petualangan petempur asing di garis depan Ukraina, rekaman dan komentar mereka sendiri jelas menunjukkan realitas perang.
Unit Ukraina dan tentara bayaran asing mundur dari posisi mereka di bawah tekanan pasukan Rusia. Keputusan tak bertempur jarak dekat merupakan pilihan yang baik bagi pejuang asing.
Sebab jika mereka tertangkap tentara bayaran asing dapat menghadapi hukuman mati di Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk.
Beberapa pekan sebelumnya, tiga tersangka tentara bayaran dari Inggris dan Maroko, yang bergabung Ukraina dan kemudian ditangkap pasukan Republik Rakyat Donetsk (DPR), terancam hukuman mati di sana.
Viktor Gavrilov, juru bicara kantor kejaksaan Donetsk, mengungkapkan penyelidikan atas mereka sudah selesai, dan kasus pidana telah sepenuhnya disiapkan.
“Materi kasus telah diserahkan ke salah satu pengadilan republic. Mempertimbangkan masa perang, kemungkinan diterapkan hukuman mati kepada terdakwa,” kata Gavrilov kepada wartawan.
Kantor Kejaksaan Agung menetapkan penyelidikan warga Inggris Shaun Pinner dan Andrew Hill, bersama warga Maroko, Ibrahim Saadoun, didasarkan tiga pasal KUHP Republik Donetsk.
Pasal yang disangkakan adalah melakukan kejahatan oleh sekelompok orang, perampasan kekuasaan secara paksa atau penahanan kekuasaan secara paksa, dan jadi tentara bayaran.
Menurut KUHP DPR, tentara bayaran, yang secara internasional dianggap sebagai kejahatan, dapat dihukum penjara selama tiga hingga tujuh tahun, dan perampasan kekuasaan secara paksa - dari 12 hingga 20 tahun. Keadaan yang memberatkan atau masa perang dapat menyebabkan hukuman mati.
Juru bicara militer Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengatakan sebelumnya hal terbaik yang bisa diharapkan tentara bayaran asing adalah penahanan jangka panjang di penjara.
Pinner dan tersangka tentara bayaran Inggris lainnya, Aiden Aslin, telah meminta Perdana Menteri Inggris Boris Johnson untuk memfasilitasi pertukaran mereka dengan pemimpin oposisi Ukraina Viktor Medvedchuk, yang telah ditahan oleh pasukan Ukraina.
London, bagaimanapun, tampaknya membatasi diri untuk menyebut Pinner dan Aslin sebagai tawanan perang, daripada “tentara bayaran”, dan mengatakan mereka harus diperlakukan sebagaimana mestinya.
Pada awal Mei, Andrew Hill menerbitkan sebuah video di mana dia mengatakan setelah datang ke Ukraina dia menyadari itu adalah neraka.
Dia juga mengklaim tentara bayaran asing yang dia ikuti adalah orang yang sangat jahat dan sadis.
"Saya mengerti semuanya telah dilakukan salah dan saya berharap keringanan hukuman dari Republik Rakyat Donetsk," katanya.
Rusia menyerang negara tetangga, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk 2014.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada wilayah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik secara paksa.(Tribunnews.com/Southfront/xna)