Jumat, 22 Agustus 2025

Sri Lanka Bangkrut

Sri Lanka Bangkrut, BBM Menghilang di SPBU dan Tarif Listrik Naik 835 Persen

Dalam beberapa hari terakhir BBM di Sri Lanka menghilang di pasaran dan listrik mengalami pemadaman bergilir.

Editor: Hasanudin Aco
AAP/CHAMILA KARUNARATHNE
Warga Sri Lanka turun ke jalan memprotes cara pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi di negaranya yang makin menggila. Harga BBM naik di SPBU dan tarif listrik juga naik 835 persen. 

Ratnayake menyatakan, CEB juga akan diizinkan untuk menagih pengguna yang memperoleh devisa, seperti eksportir, dalam dollar untuk membantu generator membiayai impor minyak dan suku cadang.

Pemerintah Sri Lanka diketahui telah memberlakukan pemadaman listrik 13 jam beberapa bulan yang lalu.

Tetapi, pemadaman telah dikurangi menjadi sekitar empat jam sehari karena hujan memenuhi waduk pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Harga BBM Gila-gilaan

Selama enam bulan terakhir, pemerintah Sri Lanka telah menaikkan harga solar hampir empat kali lipat dan bensin lebih dari dua setengah kali lipat.

Bahkan BBM sempat hilang di pasaran.

Perusahaan energi Sri lanka Ceylon Petroleum Corporation (CPC) mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak, sehari setelah menteri energi negara itu menunda pengiriman pasokan minyak ke sejumlah SPBU di Kolombo, Minggu (26/6/2022).

Dikutip dari Channel News Asia, adanya lonjakan tersebut membuat harga dari komoditas solar mengalami peningkatan biaya sebesar 15 persen menjadi 460 rupee atau sekitar 1,27 dolar AS per liter.

Sementara untuk bensin CPC mematok kenaikan sebesar 22 persen menjadi 550 rupee atau 1,52 dolar AS per liter.

Adanya kenaikan ini tentunya makin menambah penderitaan pada 22 juta warga Sri Lanka, mengingat saat ini Sri Lanka tengah menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaannya di tahun 1948 silam.

Sambil meminta maaf, menteri Energi Sri Lanka Kanchana Wijesekera menjelaskan bahwa kenaikan harga BBM terjadi karena adanya penundaan pengiriman bahan energi yang seharusnya tiba pada minggu depan, namun karena Sri Lanka kehabisan devisa negara membuat pihaknya kesulitan untuk melunasi impor energi tersebut, sehingga kargo pengangkut BBM itu terpaksa ditahan.

“Kami meminta maaf kepada pengendara dan mengimbau mereka untuk tidak mengantri panjang di luar stasiun pompa. Ekonomi kita telah menghadapi keruntuhan total, kita sekarang menghadapi situasi yang jauh lebih serius di luar sekadar kekurangan bahan bakar, gas, listrik, dan makanan,” jelas Wickremesinghe.

Wijesekera mengungkap sisa pasokan BBM di negaranya sebetulnya cukup untuk menghidupi warga Sri Lanka selama dua hari kedepan, namun pemerintah memilih menyimpan cadangan tersebut untuk layanan darurat.

Hal inilah yang membuat ribuan masyarakat tumpah memenuhi stasiun pompa demi mengisi ulang persediaan BBM pada kendaraan mereka.

Setelah sebelumnya pemerintah memberlakukan penutupan aktivitas bagi seluruh lembaga negara dan sekolah selama dua minggu guna mengurangi penggunaan BBM di tengah krisis energi.

Halaman
123
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan