Selasa, 19 Agustus 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Dua Tentara Jerman Berencana Ledakkan Jembatan Rusia-Semenanjung Krimea

Jerman menangkap sekelompok tersangka, termasuk dua tentara yang membobol dan mencuri bahan peledak di markas militer di Kiel, Jerman Utara.

cdni.rt.com
ILUSTRASI - Kanselir Angela Merkel (semasa berkuasa) dan memeriksa apel kesiagaan Angkatan Bersenjata Jerman, Bundeswehr. Dua tentara Jerman ditangkap karena menguasai bahan peledak yang akan digunakan untuk menghancurkan jembatan Krimea. 

Lingkaran operasi sabotase itu diduga mulai beroperasi musim panas lalu, dan masuk ke barak di Alt Duvenstedt dan fasilitas angkatan laut di Eckernfoerde pada awal 2022, sebelum permusuhan di Ukraina meningkat.

Krimea memilih meninggalkan Ukraina dan bergabung kembali dengan Rusia pada Maret 2014, menyusul kudeta yang didukung AS di Kiev.

Jembatan ini dibangun untuk menghubungkan semenanjung ke daratan Rusia, dengan pembukaan bagian jalan pada 2018 dan segmen rel pada 2020.

Meskipun pasukan Rusia menjalin hubungan darat dengan Krimea pada awal konflik dengan mengambil sebagian besar wilayah Kherson dan Zaporozhye, pemerintah di Kiev tetap bertekad untuk menghancurkan jembatan tersebut.

“Jika ada kesempatan untuk melakukan ini, kami pasti akan melakukannya,” kata Alexey Danilov, Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, dalam sebuah wawancara April.

Jenderal Ukraina Dmitry Marchenko mengatakan kepada media pemerintah AS bulan lalu Kiev masih ingin meledakkan jembatan itu, tetapi sedang menunggu bantuan senjata barat.

Alexey Arestovich, penasihat utama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengatakan pekan lalu rencana untuk menghancurkan jembatan itu benar-benar masih berjalan.

Pada Kamis, mantan komandan NATO di Eropa dan pensiunan jenderal Angkatan Udara AS Philip Breedlove mengatakan kepada Times, Ukraina harus menggunakan rudal anti-kapal Harpoon kiriman Pentagon untuk menghantam jembatan itu.

Perkembangan lain terkait posisi Jerman di konflik Ukraina, Berlin akan terus mendukung Ukraina “dengan segala kemungkinan” tetapi tidak dengan mengorbankan kemampuan pertahanannya sendiri.

Hal ini ditegaskan Menteri Pertahanan Christine Lambrecht. Berlin tidak akan memasok kendaraan pengangkut personel lapis baja (APC) Fuchs ke Kiev karena Bundeswehrlebih membutuhkannya.

“Kami mendukung Ukraina dengan segala yang mungkin dan bertanggung jawab. Tetapi kami harus menjamin kemampuan pertahanan Jerman,” kata Lambrecht kepada kantor berita DPA.

Pernyataan Lambrecht  muncul sehari setelah sekelompok anggota parlemen mendesak Berlin mengirimkan 200 unit Fuchs APC ke Kiev sesegera mungkin.

Inisiatif ini dipelopori oleh aliansi oposisi CDU/CSU, yang berpendapat kendaraan era 1970-an itu akan segera dipindahkan ke cadangan militer.

Jerman telah menyediakan berbagai macam persenjataan kepada Ukraina sejak awal konflik yang sedang berlangsung antara Kiev dan Moskow yang pecah pada akhir Februari.

Namun, Berlin tertinggal jauh di belakang pemasok senjata utama, AS dan Inggris, dan telah menghadapi tuduhan “berlebihan dan kurang memenuhi” dalam hal pasokan militer ke Ukraina.

Halaman
123
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan