Konflik Rusia Vs Ukraina
Penerbangan Keluar dari Rusia Ludes Terjual setelah Putin Umumkan Mobilisasi Militer
Tiket pesawat dari Rusia ludes terjual dan harganya melonjak setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi militer.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Siti Nurjannah Wulandari
Sebelumnya, Menhan Shoigu menjelaskan bahwa 300.000 pasukan cadangan akan dikerahkan untuk mendukung operasi militer di Ukraina.
Shoigu mengatakan 5.937 tentara Rusia telah tewas sejak awal konflik.
Ini merupakan pembaruan pertama Moskow terkait jumlah korban tewas dalam hampir enam bulan.
Presiden Putin memerintahkan mobilisasi pertama Rusia sejak Perang Dunia Kedua dalam pidato di televisi.
Ia mengatakan bahwa tenaga tambahan diperlukan untuk memenangkan perang tidak hanya melawan Ukraina tetapi juga para pendukung Baratnya.
Pengakuan Kegagalan

Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace mengatakan keputusan mobilisasi adalah pengakuan Putin atas kegagalan invasinya di Ukraina.
"(Putin) dan Menteri Pertahanannya telah mengirim puluhan ribu warga mereka sendiri ke kematian mereka, dengan perlengkapan yang buruk dan dipimpin dengan buruk," kata Ben Wallace dalam sebuah pernyataan.
"Tidak ada ancaman dan propaganda yang dapat menyembunyikan fakta bahwa Ukraina memenangkan perang ini, komunitas internasional bersatu dan Rusia menjadi paria global," tambahnya, dikutip dari Al Jazeera.
Rusia menunjukkan kelemahan dengan mengumumkan mobilisasi cadangan militer, jelas Duta Besar AS untuk Ukraina Bridget Brink.
"Referensi dan mobilisasi palsu adalah tanda-tanda kelemahan, kegagalan Rusia," cuit Bridget Brink di Twitter.
Baca juga: Vladimir Putin Umumkan Mobilisasi Parsial, 300 Ribu Pasukan Cadangan Rusia Akan Dipanggil
Baca juga: Bertemu di Uzbekistan, Presiden Erdogan: Vladimir Putin Ingin Segera Akhiri Perang di Ukraina
Protes dari Aktivis

Dilansir Telegraph, aktivis oposisi Rusia di pengasingan menyerukan aksi demo nasional untuk memprotes mobilisasi parsial yang dideklarasikan oleh Putin.
Leonid Volkov, sekutu dekat pemimpin oposisi yang dipenjara, Alexei Navalny, pada Rabu (21/9/2022) mendesak warga Rusia untuk menyabotase perintah pemanggilan dan protes.
"Akhir sudah dekat. Sabotase mobilisasi dengan segala cara yang mungkin. Ambil bagian dalam protes," katanya di media sosial.
"Kita tidak bisa membiarkan Putin membunuh puluhan ribu ayah, suami, dan anak laki-laki di penggiling daging kegilaannya."
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)