Kunjungan Kanselir Jerman ke China Dikritik, Ingatkan Soal Ketergantungan dengan Rusia
Kunjungan Kanselir Jerman Olaf Scholz ke China untuk bertemu Presiden Xi Jinping menuai kritikan di pemerintahan Jerman serta Eropa.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Miftah
Ketegangan ini muncul setelah perusahaan rakasasa logistik China, Cosco, menerima lampu hijau dari Berlin untuk mendapatkan saham di pelabuhan Hamburg.
Kesepakatan yang dicapai pekan lalu ini, terjadi meskipun ada tentangan dari koalisi pemerintah.
Peran penting China dalam industri utama dari pembuatan kapal hingga kendaraan listrik, bersama dengan hambatan ekonomi yang dihadapi Jerman, membuat Scholz membutuhkan kerja sama dengan China lebih dari pendahulunya Angela Merkel.
"Merkel juga cukup ideologis (terhadap China) pada awalnya tetapi kemudian dia mengubah nadanya. Scholz telah mengubah nadanya lebih cepat, tetapi dia tidak memiliki posisi politik domestik yang solid seperti Merkel," kata Wang Yiwei, profesor ketua Jean Monnet dan direktur Center for Studi Eropa di Universitas Renmin.
Kemarahan di Pemerintahan
Perjalanan Kanselir Olaf Scholz ke Beijing memicu kontroversi di Jerman dan kekhawatiran di Eropa.
Hal ini menyusul pertikaian di dalam pemerintahan Berlin, karena perusahaan Cosco China diizinkan membeli saham yang signifikan di Pelabuhan Hamburg.
Tidak kurang dari enam menteri pemerintah bereaksi dengan marah.
Kesepakatan itu, menurut mereka, akan memberi China pengaruh signifikan atas infrastruktur penting Jerman.
Dinas keamanan Jerman juga mendesak agar berhati-hati.
Namun Scholz bersikeras bahwa kesepakatan tersebut harus dilanjutkan.
Dia dilaporkan mendorong melalui kesepakatan, meskipun yang membatasi ukuran dan pengaruh saham, menguranginya menjadi 24,9 persen.
Namun banyak kritikus mencurigai ada motif tersembunyi, yakni bahwa Olaf Scholz tidak ingin muncul di Beijing tanpa "hadiah" untuk Xi Jinping, lapor BBC.
Kunjungan kanselir dilakukan setelah Kongres Nasional Partai Komunis China, di mana Xi Jinping memperkuat cengkeramannya pada kekuasaan dan mengangkat kekhawatiran di Barat tentang niatnya terhadap Taiwan.

Baca juga: Terungkap Dokumen Penting China, Xi Jinping Perintahkan Militernya Amankan Kepulauan Senkaku Jepang
Baca juga: Zelensky Mengecap Tindakan Mantan Kanselir Jerman Menjijikkan Buntut Pertemuan dengan Putin
Felix Banazsak, politisi dari Partai Hijau menilai Jerman harus belajar dari ketergantungannya dengan energi Rusia.
"Kita harus membuat diri kita sebebas mungkin dari masing-masing negara, terutama jika ini adalah negara-negara yang tidak berbagi nilai-nilai kita," katanya.
Kanselir Scholz akan menghabiskan waktu kurang dari 12 jam di Beijing.
Tujuannya, katanya sebelum perjalanannya, adalah untuk mengetahui seberapa banyak kerja sama yang masih mungkin dilakukan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)