Sabtu, 23 Agustus 2025

Kaleidoskop 2022

Kaleidoskop 2022: Kilas Balik Munculnya Cacar Monyet atau Virus Monkeypox di Eropa & Kontroversinya

Monkeypox kali pertama diidentifikasi oleh para ilmuwan Denmark pada 1958, saat menyebar diantara monyet kera pemakan kepiting di penangkaran.

freepik
Monkeypox atau cacar monyet 

Namun, dalam wabah baru-baru ini, tingkat kematian bahkan lebih rendah.

Karena wabah di AS yang terjadi pada 2003 membuat 71 orang terkena virus, namun tidak ada yang meninggal.

Lalu di Nigeria, setidaknya 183 kasus dilacak di beberapa negara bagian pada periode 2017 hingga akhir 2019, dengan mencatat 9 kematian.

- Bagaimana dengan pengobatannya?

Tidak ada pengobatan untuk penyakit Monkeypox, karena hubungannya yang dekat dengan cacar dan penemuannya pada manusia selama program inokulasi cacar.

Namun para peneliti meyakini bahwa vaksin cacar dapat melindungi manusia dari virus ini.

Jynneos, vaksin yang dibuat oleh Bavarian Nordic, dilisensikan di AS untuk diberikan kepada orang dewasa demi memberikan perlindungan.

- Vector Center Rusia Ciptakan Sistem Pengujian untuk Deteksi Monkeypox

Pusat Penelitian Virologi dan Bioteknologi Negara dari Layanan Federal untuk Pengawasan Perlindungan Hak Konsumen dan Kesejahteraan Manusia Rusia, Vector Center telah menciptakan sistem pengujian otonom untuk mendeteksi kemungkinan kasus infeksi Monkeypox.

"Untuk mendeteksi kemungkinan kasus Monkeypox secara cepat, Vector Center telah secara cepat mengembangkan sistem pengujian otonom dan berhasil melakukan uji laboratoriumnya," kata pusat penelitian itu.

Lembaga tersebut menekankan bahwa tes ini cukup sederhana untuk digunakan di luar laboratorium.

Selain itu, cukup efisien dan spesifik karena tidak menyebabkan reaksi silang dengan virus campak, rubella maupun cacar air.

Lembaga itu pun menjalin kerja sama dengan organisasi internasional dan negara asing untuk mendapatkan informasi terkini tentang situasi epidemiologi yang sedang berlangsung.

Kasus virus ini terdeteksi di Inggris, Portugal, Spanyol, dan AS.

- WHO: Dunia Hadapi Tantangan Besar Covid-19, Monkeypox dan Perang

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah memperingatkan bahwa dunia saat ini sedang menghadapi tantangan 'berat', termasuk Covid-19, perang di Ukraina dan Monkeypox.

Peringatan ini ia sampaikan saat berbicara di Jenewa, Swiss, di mana para ahli dari badan kesehatan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) itu sedang membahas wabah Monkeypox yang menyebar ke15 negara di luar benua Afrika.

Lebih dari 80 kasus telah dikonfirmasi di Eropa, AS, Kanada, Australia dan Israel.

Namun, risiko penularan untuk masyarakat secara luas masih tergolong pada level rendah.

Monkeypox merupakan virus yang paling umum ditemukan di daerah terpencil di Afrika Tengah dan Barat.

Virus ini cenderung tidak mudah menyebar diantara manusia dan penyakitnya biasanya tergolong ringan.

Menurut Layanan Kesehatan Nasional Inggris, mayoritas orang yang terkena virus ini pulih dalam beberapa minggu.

Wabah itu sejauh ini telah mengejutkan para ilmuwan, bahkan pejabat kesehatan Inggris pun telah mengeluarkan saran baru dan mengatakan bahwa mereka yang melakukan kontak erat dengan kasus berisiko tinggi harus mengisolasi diri selama tiga minggu.

Berbicara dalam pembukaan Majelis Kesehatan Dunia, Tedros menegaskan bahwa tentu saja pandemi Covid-19 bukan satu-satunya krisis yang ada di dunia.

"Saat kami berbicara, rekan-rekan kami di seluruh dunia menanggapi wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo, Monkeypox dan Hepatitis yang tidak diketahui penyebabnya, serta krisis kemanusiaan yang kompleks di Afghanistan, Ethiopia, Somalia, Sudan Selatan, Republik Arab Suriah, Ukraina dan Yaman. Kita menghadapi konvergensi penyakit, kekeringan, kelaparan dan perang yang hebat, yang dipicu oleh perubahan iklim, ketidakadilan, dan persaingan geopolitik," tegas Tedros.

WHO sebelumnya mengatakan bahwa sejumlah kasus Monkeypox lainnya kini sedang diselidiki.

Namun organisasi itu tidak menyebut nama negara yang terlibat dan memperingatkan bahwa kemungkinan akan ada lebih banyak kasus infeksi yang dikonfirmasi.

Setelah wabah tersebut kali pertama diidentifikasi di Inggris, virus mulai terdeteksi di seluruh Eropa.

Lembaga kesehatan masyarakat di Spanyol, Portugal, Jerman, Belgia, Prancis, Belanda, Italia dan Swedia pun semuanya mengkonfirmasi kasus.

Kasus lebih lanjut pun telah dikonfirmasi di Austria dan Swiss.

Badan Keamanan Kesehatan Inggris telah mengidentifikasi 20 kasus sejauh ini dan Kepala Penasihat medisnya, Dr Susan Hopkins mengatakan bahwa pihaknya mendeteksi lebih banyak kasus setiap harinya.

Ia menyampaikan bahwa virus itu kini menyebar di lingkup masyarakat, dengan kasus justru terdeteksi pada orang yang tidak memiliki kontak erat dengan siapapun yang telah mengunjungi Afrika Barat, di mana penyakit itu menjadi endemik.

"Namun risiko terhadap populasi umum tetap 'sangat rendah', dengan kasus sejauh ini sebagian besar ditemukan di beberapa daerah perkotaan dan diantara pria gay atau biseksual," kata Dr Hopkins.

Meskipun saat ini tidak ada vaksin khusus untuk Monkeypox, namun beberapa negara mengaku telah menyediakan vaksin cacar, yang memiliki efektivitas sekitar 85 persen dalam mencegah infeksi, karena kedua virus tersebut dianggap sangat mirip.

- Belgia Jadi Pelopor yang Terapkan Karantina Wajib Monkeypox

Belgia telah menjadi negara pertama yang memberlakukan aturan karantina wajib selama 21 hari untuk pasien Monkeypox.

Hal itu karena kasus penyakit yang biasanya menjadi endemik di Afrika ini telah menyebar ke seluruh dunia.

Otoritas kesehatan negara itu juga mulai memperkenalkan langkah-langkah pencegahan pada bulan lalu, setelah negara itu melaporkan kasus ketiganya.

Hingga Mei 2022, Belgia telah mencatat empat kasus lokal, sedangkan kasus infeksi global yang dikonfirmasi saat ini berjumlah sekitar 100.

Perlu diketahui, tindakan wajib Belgia ini hanya berlaku untuk pasien dengan kasus infeksi yang dikonfirmasi.

Sementara itu, mereka yang melakukan kontak erat tidak diwajibkan untuk mengisolasi diri, namun diimbau untuk tetap waspada, terutama jika bersentuhan dengan orang-orang yang rentan.

"Orang yang terinfeksi harus menjalani isolasi kontak sampai lukanya sembuh, mereka akan menerima instruksi konkret tentang ini dari dokter yang merawat," kata versi pengumuman pemerintah yang diterjemahkan dari bahasa Belanda.

Di sisi lain, Inggris mengatakan bahwa mereka yang memiliki risiko tinggi tertular penyakit harus mengisolasi diri selama 21 hari.

Itu termasuk kontak rumah tangga atau profesional medis yang mungkin telah melakukan kontak dengan pasien yang terinfeksi.

- Mantan Ilmuwan Soviet: Rusia Berencana Gunakan Monkeypox sebagai Senjata Biologis

Seorang mantan Ilmuwan Soviet, Kanat Alibekov mengklaim bahwa Rusia sebelumnya telah mempertimbangkan untuk menggunakan virus Monkeypox sebagai senjata biologis hingga setidaknya sampai tahun 1990-an.

Alibekov yang juga dikenal sebagai Kenneth Alibek ini merupakan ahli senjata biologis Uni Soviet hingga kejatuhan negara itu pada 1991.

Setelah jatuhnya Soviet, ia kemudian tinggal di Rusia selama setahun sebelum akhirnya pindah dan menetap di AS.

Dalam wawancara pada 1998 yang baru-baru ini ditemukan dengan Proyek Nonproliferasi Senjata Kimia dan Biologi Amerika (CBWNP), Alibekov yang diduga mengawasi 32.000 karyawan di lebih dari 40 fasilitas, mengklaim bahwa negara Soviet memiliki program untuk menggunakan virus sebagai senjata.

"Jadi, kami mengembangkan program khusus untuk menentukan virus 'model' apa yang dapat digunakan sebagai pengganti cacar manusia. Kami menguji virus vaccinia, virus cacar tikus, virus cacar kelinci, dan virus cacar monyet sebagai model untuk cacar," kata Alibekov.

Idenya adalah bahwa semua pekerjaan penelitian dan pengembangan akan dilakukan menggunakan virus model ini.

"Setelah kami memperoleh serangkaian hasil positif, hanya perlu waktu dua minggu untuk melakukan manipulasi yang sama dengan virus cacar dan untuk menimbun agen perang. Di gudang senjata kami, kami akan memiliki virus cacar yang diubah secara genetik yang dapat menggantikan senjata sebelumnya," tegas Alibekov.

Lebih lanjut ia menyebut bahwa setelah berakhirnya Uni Soviet, penerus Kementerian Pertahanan Rusia terus bekerja menggunakan Monkeypox untuk 'menciptakan senjata biologis masa depan'.

Pada tahun yang sama, ia pun dibawa ke hadapan sidang Kongres AS, di mana dirinya menyampaikan bahwa ia yakin program senjata biologis Rusia belum sepenuhnya dibongkar.

Monkeypox kali pertama diidentifikasi pada 1950-an, saat dua wabah terjadi di koloni monyet yang digunakan untuk tujuan penelitian, dengan kasus manusia pertama dilaporkan pada 1970 di Republik Demokratik Kongo.

Penyakit ini sering disamakan dengan bentuk cacar yang lebih ringan, penyakit yang telah diberantas secara global melalui vaksinasi secara meluas terhadap virus cacar.

- Roche Kembangkan Alat Tes PCR untuk Monkeypox

Raksasa farmasi Swiss Roche mengaku telah menemukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dapat mendeteksi Monkeypox, saat virus itu menyebar ke luar negara endemik.

"Roche dan anak perusahaannya, TIB Molbiol telah mengembangkan 3 alat tes yang digunakan oleh para peneliti di sebagian besar negara di seluruh dunia," kata perusahaan yang berbasis di Basel itu.

Kit pertama diklaim dapat mendeteksi virus dalam kelompok orthopoxvirus yang lebih luas.

Sedangkan yang kedua mendeteksi virus Monkeypox saja, lalu yang ketiga mendeteksi keduanya secara bersamaan.

"Roche dengan sangat cepat mengembangkan rangkaian tes baru yang mendeteksi virus Monkeypox dan membantu mengikuti penyebaran epidemiologisnya. Alat diagnostik sangat penting untuk menanggapi dan pada akhirnya mengendalikan tantangan kesehatan masyarakat yang muncul," kata Kepala Diagnostik, Thomas Schinecker.

Roche menyampaikan bahwa alat uji penelitian dapat menilai penyebaran virus dan membantu memantau dampak potensial dari perawatan, vaksin dan tindakan kesehatan masyarakat.

Sebelumnya WHO mengatakan bahwa pada 22 Mei lalu, lebih dari 250 kasus yang dikonfirmasi dan dicurigai telah secara resmi dilaporkan ke WHO dari 16 negara di luar negara endemik di Afrika Barat dan Tengah.

WHO menjelaskan, tes PCR adalah 'tes laboratorium yang disukai karena akurasi dan sensitivitasnya'.

Untuk tes ini, sampel yang optimal berasal dari lesi kulit dan kerak kering.

Sementara itu, tes darah PCR biasanya tidak meyakinkan dan tidak boleh dikumpulkan secara rutin dari pasien.

WHO menambahkan, metode deteksi antigen dan antibodi tidak membedakan antara orthopoxvirus.

Di sisi lain, Direktur Kedaruratan WHO, Dr Mike Ryan mengatakan bahwa negara-negara telah memberikan informasi yang akan memungkinkan WHO untuk lebih memahami penyebaran Monkeypox ini.

"Kami belum melakukan tindakan pencegahan dan kami sekarang berurusan dengan peristiwa multi-negara yang terkait langsung dengan ketidakmampuan kami, atau keengganan untuk mengelola risiko tersebut lebih awal," kata Dr Ryan.

- Spanyol Putuskan Beli Vaksin Monkeypox

Menteri Kesehatan Spanyol, Carolina Darias mengatakan pada Rabu kemarin bahwa negaranya berencana membeli vaksin Monkeypox karena jumlah kasusnya kini mencapai 55.

Ia menyampaikan, pemerintah Spanyol akan membeli vaksin Imvanex yang dibuat oleh perusahaan Denmark Bavarian Nordic.

Kendati demikian, dirinya tidak merinci jumlah dosis yang akan dibeli.

"Kami akan mendistribusikan vaksin secara proporsional diantara 17 wilayah Spanyol," kata Darias, dalam konferensi pers di Madrid.

Dari total kasus yang ditemukan Spanyol, 51 diantaranya telah dilaporkan berasal dari wilayah Madrid.

Mayoritas kasus adalah mereka yang ditelusuri ke sauna dewasa yang ditutup pada pekan lalu, dengan 4 kasus lainnya di Kepulauan Canary.

"Beberapa kasus di kedua wilayah itu terkait dengan festival Gay Pride 10 hari yang diadakan di Gran Canaria di Kepulauan Canary, di mana 80.000 orang berkumpul pada awal Mei ini," kata otoritas regional di Madrid dan Gran Canaria.

Sementara itu di negara tetangga yakni Portugal, otoritas kesehatan DGS mengkonfirmasi 10 kasus baru Monkeypox pada Rabu kemarin, sehingga totalnya menjadi 49 kasus.

Kedua negara Iberia ini telah menjadi salah satu hotspot utama wabah tersebut baru-baru ini.

Padahal penyakit yang berasal dari virus itu biasanya tergolong ringan dan ditemukan di daerah endemiknya di beberapa wilayah di Afrika Barat dan Tengah.

DGS mengatakan bahwa semua kasus yang dikonfirmasi telah ditemukan pada pria, mayoritas diantaranya berusia di bawah 40 tahun.

Namun hingga kini tidak ada kasus yang dirawat di rumah sakit.

"Madrid juga telah mengidentifikasi beberapa tempat tinggal pribadi di mana penularan virus Monkeypox terjadi, dan beberapa diantaranya telah dikunjungi oleh orang-orang dari Inggris," kata Juru Bicara Pemerintah Daerah Madrid.

Perlu diketahui, pihak berwenang Inggris adalah pihak pertama yang melaporkan kasus Monkeypox dalam wabah yang ditemukan pada 7 Mei lalu.

Mayoritas kasus infeksi yang terdeteksi secara global sejauh ini masih tergolong belum parah.

Banyak diantaranya, namun tidak semua, telah dilaporkan terjadi pada pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis.

Gejala yang ditimbulkan penyakit ini meliputi demam dan ruam bergelombang yang khas.

- Kanada Keluarkan Travel Notice untuk Monkeypox

Badan Kesehatan Masyarakat Kanada (PHAC) telah mengeluarkan pemberitahuan perjalanan (travel notice), karena virus Monkeypox terus menyebar ke seluruh dunia.

Para pelancong pun diimbau untuk mempraktikkan tindakan pencegahan kesehatan yang ditingkatkan di bawah aturan Level 2.

"Kelompok kasus Monkeypox telah dilaporkan terjadi di beberapa negara secara internasional, di luar daerah di Afrika Tengah dan Barat di mana kasus itu biasanya ditemukan. Selama perjalanan anda, anda mungkin akan dikenakan prosedur di tempat tujuan untuk membatasi penyebaran Monkeypox, seperti isolasi jika anda terinfeksi," kata PHAC dalam rilisnya.

Warga Kanada kemungkinan juga memiliki akses terbatas ke perawatan kesehatan yang tepat waktu jika mereka jatuh sakit.

"Mereka juga dapat mengalami penundaan kembali ke negara itu," jelas PHAC memperingatkan.

Travel notice ini memang tidak mencantumkan negara tertentu, namun kasus Monkeypox telah dilaporkan terjadi di tempat-tempat seperti Inggris dan Amerika Serikat (AS).

"PHAC bekerja sama dengan mitra kesehatan internasional, provinsi dan teritorial untuk mengumpulkan informasi tentang masalah yang berkembang saat ini," papar PHAC.

Di Kanada, sejauh ini Quebec telah melaporkan 90 kasus Monkeypox dan memberikan 813 dosis vaksin kepada warganya.

Sementara itu, 5 kasus juga ditemukan di Ontario dan 1 di Alberta.

Kasus tambahan telah terdeteksi di British Columbia dan telah dikonfirmasi oleh Pusat Pengendalian Penyakit BC, namun sedang menunggu konfirmasi lebih lanjut dari Laboratorium Mikrobiologi Nasional.

PHAC pun merekomendasikan para pelancong untuk berkonsultasi dengan profesional perawatan kesehatan atau mengunjungi klinik kesehatan perjalanan, setidaknya 6 minggu sebelum bepergian.

Tidak hanya itu, lembaga tersebut juga mengimbau warga Kanada untuk mengenakan masker, selalu mencuci tangan dan menghindari kontak fisik yang dekat dengan orang sakit.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, sejak Mei lalu, lebih dari 700 kasus Monkeypox telah ditemukan di negara-negara non-endemik, terutama di Eropa.

Perlu diketahui, Monkeypox menyebar melalui kontak dengan luka dan barang-barang seperti seprai atau handuk yang terkontaminasi virus.

Virus itu juga dapat menyebar melalui tetesan pernafasan yang didistribusikan melalui batuk atau bersin.

Meskipun dapat menular melalui kontak erat selama aktivitas seksual, belum diketahui apakah virus itu dapat menyebar melalui air mani atau cairan vagina maupun dubur.

CDC AS telah meminta orang-orang yang terinfeksi untuk memantau gejala yang dapat muncul antara 5 hingga 21 hari setelah terpapar.

Mereka juga harus membatasi kontak erat, termasuk kontak seksual dengan orang lain.

Menurut WHO, gejala yang ditimbulkan penyakit ini diantaranya terutama lesi kulit pada mulut dan alat kelamin, dan juga dapat mencakup demam, sakit kepala serta nyeri sendi dan otot.

Siapapun yang mengalami gejala tersebut, diminta untuk mengunjungi profesional perawatan kesehatan, memakai masker dan menutupi lesi, serta memberitahu klinik sebelumnya.

"Siapapun, apapun jenis kelamin atau orientasi seksualnya, dapat terinfeksi dan menyebarkan virus jika mereka melakukan kontak erat, termasuk kontak seksual intim dengan orang yang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi," kata Kepala Petugas Kesehatan Masyarakat Kanada, Dr. Theresa Tam.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan