‘Titanic’ versi Nazi, film propaganda termahal yang berujung pada tragedi
Pada 1942, Nazi Jerman pernah membuat film ‘Titanic’ versi mereka sendiri. Namun salah satu film termahal yang pernah dibuat ini…
Saat Jerman sedang kesulitan di tengah upaya perang, Goebbels mengalokasikan dana besar-besaran untuk produksi film.
Dalam bukunya, Prof Watson mengklaim bahwa Nazi menggelontorkan anggaran empat juta reichsmark — setara dengan sekitar $180 juta (Rp2,8 trilun) saat ini, untuk memproduksi film Titanic versi Nazi yang menjadikannya sebagai salah satu film termahal yang pernah dibuat.
Ratusan tentara ditarik dari medan perang untuk berperan sebagai figuran dan film tersebut menampilkan beberapa bintang film paling terkenal di Jerman, seperti Sybila Schmidt.
Baca juga:
Namun, proses produksinya kacau. Tentara melecehkan para aktor perempuan dan ada kepanikan bahwa lokasi syuting film yang terang akan menjadi sasaran pengeboman sekutu.
Ada juga masalah lain yang lebih serius: Herbert Selpin, sutradara yang ditugaskan untuk proyek ini, tidak disukai oleh para pejabat Nazi. Bahkan, setelah mengkritik campur tangan petinggi Nazi dalam jadwal syuting, Selpin ditangkap dan diinterogasi oleh Goebbels sendiri.
Dia kemudian ditemukan gantung diri di sel penjaranya.
Mengubah plot
Tetapi, entah bagaimana, film itu berhasil dibuat, dengan propaganda keras pada inti ceritanya: kecelakaan itu digambarkan sebagai kisah keserakahan perusahaan Inggris pemilik Titanic, yang mengabaikan upaya satu-satunya anggota kru Jerman untuk memperlambat kapal saat melintasi perairan Atlantik Utara yang penuh es.
Pada akhirnya, sebuah pesan epilog menyatakan dalam bahasa Jerman bahwa kematian lebih dari 1.500 penumpang merupakan "kecaman abadi atas pencarian tanpa akhir Inggris untuk mendapatkan keuntungan".
"Ada film propaganda Nazi dengan pesan yang jauh lebih halus," sejarawan Jerman Alex Von Lunen menjelaskan.
Baca juga:
"Film Titanic ini seakan menunjukkan delusi beberapa anggota Nazi tentang efek propaganda. Mereka benar-benar merasa seakan-akan mereka masih bisa memenangkan perang jika mereka sekadar menyemangati rakyat. Dan hal yang kemudian terjadi dengan film tersebut benar-benar membuatnya lebih menarik."
Von Lunen merujuk pada bagaimana Goebbels, yang telah memberi lampu hijau pada produksi, akhirnya melarang film itu ditayangkan di bioskop Jerman setelah menonton produk akhirnya.
Sang pejabat Nazi merasa adegan tragedi dalam film itu begitu realistis sehingga dapat memicu kepanikan di saat banyak warga sipil Jerman hidup dalam ketakutan akan serangan udara.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.