Tanggapi Ancaman Invasi China, Taiwan Beli 400 Rudal Anti-Kapal dari AS
Taiwan membeli 400 rudal Anti-Kapal dari AS senilai 1,17 miliar dolar untuk menanggapi ancaman invasi dari China. Produksinya akan selesai tahun 2029.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Taiwan akan membeli 400 rudal anti-kapal, 'Harpoon', yang diproduksi oleh Amerika Serikat (AS).
Pembelian rudal ini untuk mengantisipasi invasi dari China ke Taiwan.
Departemen Pertahanan AS, Pentagon, mengumumkan kontrak senilai 1,17 miliar dolar untuk 400 rudal anti-kapal itu pada 7 April 2023.
AS mengatakan produksi rudal itu akan selesai pada Maret 2029.
Media Bloomberg mengatakan, Taiwan adalah pembeli rudal itu.
Pentagon menolak untuk mengomentari berita itu.
Baca juga: Sinyal Perang di Asia Kian Memanas, Kapal Perang AS Tampakan Diri di Selat Taiwan Bikin China Murka
Namun, mereka mengatakan akan menyediakan layanan pertahanan untuk Taiwan.
"Amerika Serikat menyediakan artikel dan layanan pertahanan Taiwan yang diperlukan untuk memungkinkannya mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang memadai," kata Pentagon, Senin (17/4/2023).
Sementara itu, pihak Taiwan, juru bicara Kementerian Pertahanan Taiwan, Sun Li-fang mengatakan telah mengungkap informasi tentang pembelian tersebut.
Ia meyakini kesepakatan itu akan berlanjut sesuai jadwal.

Baca juga: Pesawat dan Kapal China Tetap Berada di Sekitar Taiwan, Meski Latihan Militer Telah Berakhir
Sebuah kontrak dengan Boeing (BA.N) yang dikeluarkan oleh Komando Sistem Angkatan Laut AS atas nama Taiwan menandai pertama kalinya akan mendapatkan versi seluler yang diluncurkan di darat, kata laporan Bloomberg, mengutip Rupert Hammond-Chambers, presiden Dewan Bisnis AS-Taiwan.
Taiwan sebelumnya telah membeli versi yang diluncurkan di kapal, dikutip dari Reuters.
Pada April 2023 ini, Ketua DPR AS, Kevin McCarthy, menjamu Presiden Taiwan Tsai Ing-wen di California.
Ia menekankan perlunya mempercepat pengiriman senjata ke Taiwan dalam menghadapi meningkatnya ancaman dari China.
Setelah pertemuan itu, Mike Gallagher, ketua Partai Republik dari Komite Pemilihan DPR untuk Partai Komunis China, mengatakan dia ingin mencari cara untuk membawa rudal Harpoon ke Taiwan lebih cepat dari yang dijadwalkan ke Arab Saudi.

Baca juga: Menteri Luar Negeri Australia: Perang Memperebutkan Taiwan Tidak Akan Ada Pemenangnya
Ancaman Invasi China
Pada Januari 2023, China kembali mengancam akan menginvasi Taiwan.
Pihak China berniat untuk menyatukan Taiwan dengan China.
"Dukungan jahat untuk kemerdekaan Taiwan di antara elemen anti-China di beberapa negara asing adalah provokasi yang disengaja,” kata juru bicara Kantor Urusan Dewan Negara Taiwan-China, Ma Xiaoguang pada konferensi pers, Rabu (11/1/2023), dikutip dari Reuters.
Pada 4 April 2023, militer China mengadakan latihan militer 'United Sharp Sword' selama tiga hari.
Pada latihan hari ketiga, militer China mempelajari simulasi invasi ke Taiwan.
Komando Teater Timur Militer China mengeluarkan simulasi itu melalui akun WeChat-nya.
Simulai invasi itu menunjukkan rudal yang ditembakkan dari darat, laut, dan udara untuk menyerang infrastruktur Taiwan.
Selama latihan militer itu, Taiwan memantau pasukan rudal China.
Taiwan melakukan patroli rutin di berbagai daerahnya.
Selain itu, China juga melakukan aktivitas penerbangan militer di dekat Taiwan.
Pada Minggu (9/4/2023), Taiwan mencatat 71 pesawat tempur China melintas di sekitar Taiwan.
Kemudian, pada Senin (10/4/2023), Taiwan kembali mencatat 70 pesawat tempur China yang terdeteksi di wilayahnya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik China VS Taiwan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.