Pilpres Turki: Apa artinya bila Erdogan berkuasa lima tahun lagi?
Presiden Erdogan diperkirakan akan memenangkan pemilihan presiden Turki setelah pemilihan yang sangat mempolarisasi.
Saingannya, Kemal Kilicdaroglu, pemimpin oposisi yang beraliran sekuler, mendapat 44,9%.
Jadi, para pemilih di negara yang terpolarisasi ini terpecah — kedua belah pihak berlawanan tegas tetapi bedanya hanya 4%.
Kandidat ultra-nasionalis, Sinan Ogan, tak disangka mendapat 5,2%, mendorong pilpres ke putaran kedua yang akan berlangsung hari Minggu ini.
Ogan sekarang telah mendukung Presiden Erdogan.
Mengapa sebagian besar pemilih tetap memilih Erdogan kendati dilanda krisis ekonomi, serta respons lambat pemerintah terhadap bencana gempa pada bulan Februari yang menewaskan sedikitnya 50.000 orang?
"Saya rasa dia adalah politisi Teflon [terhebat]," kata Profesor Soli Ozel, dosen hubungan internasional di Universitas Kadir Has Istanbul.
"Dia juga punya daya tarik bagi masyarakat umum. Anda tidak bisa menyangkalnya. Dia memancarkan kekuatan. Itu satu hal yang tidak dilakukan Kilicdaroglu."
Kilicdaroglu, yang didukung oleh aliansi oposisi beranggotakan enam partai, dahulu memancarkan harapan, serta menjanjikan kebebasan dan demokrasi.
Namun setelah kekecewaan pada putaran pertama, dia berbelok tajam ke kanan.
Sekarang citranya tidak lagi seorang kakek yang perhatian melainkan seorang nasionalis garis keras.
"Ini perlombaan ke bawah," menurut seorang jurnalis Turki.
"Saya mengumumkan di sini bahwa saya akan mengirim semua pengungsi kembali ke rumah mereka begitu saya terpilih sebagai Presiden, titik," kata Kilicdaroglu pada pawai pemilihan baru-baru ini.
Itu termasuk lebih dari tiga juta warga Suriah yang melarikan diri dari perang di negara asal mereka. Ini adalah pesan yang diterima dengan baik di Turki.
Siapa pun presiden Turki berikutnya, nasionalisme dipastikan menjadi pemenangnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.