Studienkolleg di Indonesia dan Gelar Pertama Kedokteran di Jerman dengan Beasiswa Jerman
Dari dulu ia memang ingin kuliah di luar negeri. Kebetulan, ia dapat beasiswa dari PASCH untuk Studienkolleg di Indonesia, dan selanjutnya…
Dia juga menyarankan untuk mencari informasi dengan ikut group Perhimpulan Pelajar Indonesia (PPI) di Facebook, yang juga berguna misalnya sekedar untuk mendapat informasi jastip, atau jasa titipan barang, dan mencari tempat tinggal di Jerman.
Mary menambahkan pula, walaupun ada banyak "peringatan" berkaitan dengan kuliah dan hidup di Jerman, dan memang jika tinggal di negeri orang harus hati-hati dan memang bukan mudah, tapi jangan jadi takut ke Jerman. "Kalo sudah tahu tips and tricknya [petunjuk dan caranya] akhirnya jadi nyaman aja sih di sini." Jadi jangan takut ke Jerman. Demikian ditekankan Mary.
Untuk melewatkan waktu luang juga banyak aktivitas yang bisa dilakukan mahasiswa. Tapi Mary bercerita sambil tertawa, temannya ada yang menyebut dia: jiwa tua terperangkap di badan muda. Dia menjelaskan, "Yah, denger musik terus joget-joget suka aja, sih. Tapi waktunya ga bisa lebih pagian, ya? Kalo pas orang pergi dugem, tuh, aku udah ngantuk," katanya sambil tertawa terbahak-bahak.
Di Jerman ada semacam saran yang kerap diberikan secara umum. Yaitu: jika ingin cari teman, jadilah anggota Verein, atau perkumpulan. "Jadi aku ikut paduan suara," kata Mary. Kalau soal berteman, dia mengungkap bisa berteman dengan siapa saja, tidak hanya dengan orang Indonesia. "Berteman dengan orang Indonesia kan bagus, supaya ga homesick [rindu kampung halaman] banget."
Selain itu, juga bagus karena biasanya sebagai sesama orang Indonesia di Jerman, ada masalah serupa yang sudah pernah dihadapi orang lain, seperti soal visa. Atau kalau rindu masakan Indonesia. "Kalau orang Indonesia lain bisa masak, kan kita bisa kecipratan," katanya sambil tertawa lagi.
Setelah beberapa tahun hidup di Jerman, dia juga sadar satu hal lain. "Awalnya aku tuh idealis," katanya. Ia ingin punya satu teman Jerman di universitas. "Baru di sini aku tuh sampe stress dan sedih, ternyata bertemen di sini dengan orang Jerman susah." Dia sampai berpikir, "Apa aku ini kurang asiiik, ya? Perasaan di Indonesia ga masalah untuk berteman."
Di Jerman dia sadar: "Ternyata making friends [berteman] itu part of culture [bagian dari kebudayaan]. Aku ga tahu itu sebelumnya," kata Mary dan menambahkan "ternyata orang-orang di sini lebih tertutup." Di samping itu, orang Jerman cenderung menetapkan batasan, siapa kolega, siapa teman di universitas, dan sebagainya. "Jadi ga semua bisa jadi teman."
Tapi untungnya, di Universitas Heidelberg ada Tutorium, yaitu pelajaran tambahan dari mahasiswa senior, khusus untuk mahasiswa kedokteran internasional. Yang memberikan bimbingan adalah kakak-kakak kelas, yang dari berbagai negara juga. Dari situ Mary juga mendapat teman dari negara lain. "Jadinya nyaman sih, dan tahu sepenanggungan dan seperjuangannya. Sementara dengan orang Jerman butuh waktu." (ml/hp)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.