Kamis, 14 Agustus 2025

Apakah virus Nipah sudah ada di Indonesia, dan perlukah kita khawatir?

Pemerintah Indonesia meningkatkan kewaspadaan terhadap virus Nipah, menyusul temuan kasus di India yang menyebabkan kematian dua orang.

BBC Indonesia
Apakah virus Nipah sudah ada di Indonesia, dan perlukah kita khawatir? 

Peningkatan kasus virus Nipah di Kerala pada 2023 ini menjadi peringatan bagi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan, kata Kepala Biro Komunikasi Kemenkes Siti Nadia Tarmizi.

“Jadi begitu kita mendengar ada kasus penyakit nipah di India dan juga di Bangladesh kemudian kita meningkatkan alarm kita, kewaspadaan kita,” ungkapnya kepada BBC News Indonesia.

Langkah-langkah kewaspadaan itu meliputi pengawasan atau surveilans terhadap gejala penyakit dan faktor risiko virus Nipah pada pendatang di pintu-pintu masuk negara.

“Orang-orang yang masuk ke dalam [perbatasan] kita kemudian kita edukasi kalau punya gejala-gejala, apalagi dia punya riwayat berisiko tadi, untuk segera datang ke fasilitas pelayanan kesehatan,” Nadia menjelaskan.

Penguatan surveilans juga dilakukan di dalam negeri dengan memantau apakah terjadi kasus kematian atau sakit dalam jumlah banyak secara tiba-tiba.

Selain memperkuat pengawasan, Kemenkes juga memastikan bahwa petugas di fasilitas kesehatan memahami gejala-gejala pasien yang terinfeksi virus Nipah.

“Karena kita tahu gejala daripada virus nipah ini tidak khas ya — bisa demam, sakit badannya, tapi tiba-tiba terjadi infeksi pernapasan hebat, kejang-kejang, bahkan sampai radang otak yang berakhir pada kematian,” kata Nadia.

Dia menjelaskan pasien yang terinfeksi virus Nipah tidak memerlukan ruangan isolasi khusus. Hanya saja, hingga saat ini penyakit tersebut belum ada obat maupun vaksinnya.

Bagaimanapun epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman menilai surveilans dan deteksi dini penyakit menular di Indonesia masih lemah. Pemerintah kerap dikritik lamban dalam menangani wabah, misalnya pada kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan Covid-19.

Ini membuat beberapa kasus penyakit menular yang ditemukan “ibarat puncak gunung es”, menurut Dicky, sehingga bila terjadi wabah di India atau Bangladesh itu mencerminkan kekhawatiran yang serupa di beberapa wilayah di Indonesia.

Di sisi lain, Dicky mengakui bahwa mendeteksi penyakit seperti virus Nipah ini tidaklah mudah.

“Memang ada PCR tapi kemampuan, alat untuk begitu tidak ada di daerah-daerah kita yang ada di zona merah; dan ini yang akhirnya membuat kita buta, padahal kita ada dalam situasi atau posisi yang rawan,” dia menjelaskan kepada BBC News Indonesia.

Nadia menekankan bahwa Indonesia sudah memiliki sekuensing materi genetik virus Nipah sehingga mampu mendeteksinya dengan PCR.

Dia menjelaskan bahwa surveilans penyakit menular dilakukan dengan memantau tren peningkatan kasus pada manusia maupun pada hewan — untuk hewan liar, ranahnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK); untuk hewan ternak, ranahnya Kementerian Pertanian; dan untuk manusia, ranahnya Kemenkes.

Namun hingga saat ini belum ditemukan kasus infeksi.

Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan